Pranala ( link ): https://kbbi.web.id/puisi puis 1i/pu·i·si/ n 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak; -- bebas puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik; -- berpola puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain; -- dramatik Sas puisi yang memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang; -- lama puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal; -- mbeling sajak ringan yang tujuannya membebaskan rasa te...

Rima Oktaviani Lubis

 Perempuan Bergaun Senja

 


Bulan Menapak Di Laut Merah

Wajah Trengginas Menghitung Berapa Sauh Terlepas

Satu Persatu Wajah Langit Disentuh

Adakah Cinta Yang Hilang . . ?

Sementara Nafas  Bergolak Tak Menentu


Bumi Mengayun Menghimpit Perjalanan Usia

Titipan-Mu Begitu Indah Gusti . . .

Biarkan Ia Tergolek Menahan Lapar

Meski Dadaku Tak Mampu Menahan Jatuhnya Jiwa

Namun Perjalanan Tak Boleh Terhenti

Bersama Subuh Dan Sedikit Cahaya Matahari

Yang Selalu Menemani Langkahku . . .


Di  Ladang Ini Raga Bertaruh

Dan Pertarungan Terjadi Begitu Ketat

Arus Gelombang Menghimpit

Bertemu Dengan Tetesan Air Mata

Tanganmu Kurengkuh Dalam Tekanan Diam

Mari Anakku . . .

Ibu Masih Ada Di Sampingmu . . !

Jangan Lepaskan Pegangan

TetaplahTegak Meski Tidak Setangguh Batu Gunung     


Lihatlah Tanah Di Sekitar Kita

Ia Masih Memberi Kehidupan

Tetaplah Bersamaku Lalui Jalan Ini

Jangan Kau Menangis Hanya Karena Lapar

Tapi Menangislah Jika Hidup Kita

Tidak Berarti Untuk Orang Lain . .!

Gusti Masih Mencintai Kita Nak . . .

Ia Tetap Menuntun Perjalanan Kita

Sampai Akhir Khayat Kelak  . .


Kenakan Udara Di Tengah Kabut Ini

Tutupi Tubuh Kita Dengan Doa

Biarkan Senja Berlalu Tanpa Suara

Dan Esok Kita Masih Bertemu 

Dalam JarakYang Sama

Dalam Hidup Yang Sama

Di Tengah Senja

Yang Warnanya Juga Sama . . .


Secret Admirer

Jakarta, 

Jum’at 01 Mei 2020



T a n g i s


 

Dengarlah . . . .

Rintihan Anak-anak Yang Menyeru Lapar

Suara Mereka Bergumam Antara Perih Dan Sakit

Perut Mereka Tertatih-tatih Menahan Ngilu Dan Amarah . . . !

Di Sisi Lain . . .

Orang Tua Mereka Terpasung Oleh Kerja Dan Tipu Daya

Yang Entah Dari Mana . . . ?

Dan Dari Siapa . . . ?

 

Pergulatan Nasib Begitu Tajam Berselisih

Berseteru Dengan Kenyataan Yang Tidak Pernah Berubah

Sejak Dulu . . . !

Kami Mencari Celah Udara

Lalui Dinding Yang Warnanya Telah Pudar

Oleh Ruang Dan Waktu

 

Ach Negeri Tercinta . . . . .

Bicaramu Kian Sumbang Dan Membosankan !

Kami Sangat Letih Mendengar Dan Saksikan

Slogan-slogan Penuh Muslihat

Yang Kau Jejali Untuk Kami

Dan Semua Keturunan Kami . . . !

 

Kami Sudah Terbiasa

Dengan Segala Sesuatu Yang Berbau Kebohongan

Yang Kemudian Mereka Kemas Dalam Bentuk Cahaya

Di Atas Kepala Kami !


Bila Menggugat

Dengan Apa Kami Bicara . . . ?

Bila Menghujat

Dengan Apa Kami Mulai . . . ?

 

Telah Lama Kami Berbaris Menuju Satu Perlawanan

Yang Tidak Tahu Di Mana Batas Awal Dan Akhirnya ?

Tidak Tahu Kapan Kejahatan Kemanusiaan

Yang Terbungkus Manipulasi Dan Korupsi

Kan Berakhir . . . ?


Kami Adalah Jelata Yang Senantiasa Membusuk

Karena Sikap Dan Arogansi Para Koruptor

Yang Membabi-buta Merampok Uang Negara !

Uang Kita . . . ! 

Uang Rakyat . . . !

 

Para Perampok Itu Masih Saja Bercokol

Berlindung Di Balik Undang-undang Negara

Dan Bersembunyi Atas Nama Putra Terbaik Bangsa !

   

Kami Pun Tafakur . . .

Tersedak Dalam Doa Penuh Tanya Pada Allah SWT . . .

“Ya Tuhan . . .

 Kapankah Lapar Ini Hilang . . . ?”

Tuhan Menjawab : 

“Nanti . . . 50 Tahun Setelah Kematianmu . . . !

Kami Pun Menangis . . .

Lalu Kami Bertanya Lagi

“Tuhan . . .

 Kapankah Keadilan Di Negeri Ini Benar-benar Diadilkan . . . ?”

Tuhan Menjawab : 

“Nanti . . . 100 Tahun Setelah Kematianmu . . . !

Kami Pun Kembali Menangis . . .

Lalu Kami Bertanya Lagi

“Tuhan . . .

 Kapankah Koruptor Itu Lenyap Dari Bumi Pertiwi Ini . . . ?”

Tuhan Terdiam . . .

Dia Pun Menangis . . . . . . .

 

                                                    

Secret Admirer

Semarang 

Rabu 25 Maret 2016


Kupersembahkan Sajak Ini Untuk Anak Dan Cucuku, Jadilah Kalian Manusia Yang Berakhlak Dan Beriman. Dahulukan Kepentingan Orang Lain, Bantu Dan Tolonglah Mereka Semampu Yang Kalian Bisa. Jangan Kalian Menangis Jika Tidak Punya Nasi. Tapi Menangislah Jika Hidup Kalian Tidak Berguna Bagi Orang Lain . . ! (Rabu, 25 Maret 2019)

(Minggu 17 Mei 2020)




BIMA MENEMUKAN TIRTA PAWITRA


Sang Bima, terjun ke samudra disambut ombak yang ganas, 

tapi dia tak gentar demi memenuhi perintah gurunya Begawan Durna, 

untuk mencari air kehidupan demi mencapai kesempurnaan hidup 


Badannya terombang ambing dihempas dan diterjang ombak yang ganas ....

Tapi sang Bima sudah pasrah akan nasib dirinya, tekadnya sungguh luar biasa. 

Tiba-tiba muncul seekor ular naga raksasa langsung menyerang dan melilit tubuh Bima, naga itu mau menghancurkan tubuhnya dan menjadikan mangsanya


Karena semangatnya yang begitu kuat untuk mengabdi gurunya badannya tidak ikut hancur, pengabdiannya mengalahkan rasa sakitnya. 

Dikerahkan segala tenaga untuk melepaskan cengkraman naga yang membelit tubuhnya, maka seketika itu leher sang naga ditikam dengan Kuku Pancanaka miliknya, bersama dengan raung kesakitan sang naga dicabik-cabiknya tubuh naga hingga hancur lebur .... ! lautan jadi merah oleh semburan darah naga yang telah tewas di tangan Bima. 

Sesaat Bima merasa sendirian ditengah samudra luas.


Muncul dihadapan Bima cahaya putih menyilaukan dari sosok kecil berjalan diatas air yang menyerupai dirinya, menghampiri dirinya dan berkata


   " Werkudara ngger anakku ..... jangan kamu pergi jika belum mengetahui tujuanmu, dan jangan kamu makan jika kamu tidak tahu apa yang kamu makan, juga jangan berpakaian tanpa mengetahui cara berbusana. Karena ibarat seorang yang bodoh beli emas, tapi hanya diberi selembar kertas kuning tapi dia mengira sudah dapatkan emas murni. Berhati-hatilah ngger, karena segala sesuatu harus didasari dengan ilmu. "


    " Ngger Werkudara ketahuilah aku adalah Dewa Ruci yang hakekatnya adalah penjelmaan dari mutmainnahmu yang suci."


Maka seketika itu sang Bima bersimpuh dihadapan Dewa Ruci. 

Bima yang selama masa hidupnya tidak pernah bahasa krama tapi dihadapan Dewa Ruci bertutur kata halus dengan begitu takjim.


   " Sembah sungkem hamba guru, demi saya memenuhi perintah guru saya begawan Durna saya pertaruhkan nyawa saya untuk mencari Tirta Pawitra, demi mencapai kesempurnaan ....." kata Bima


   " Ketahuilah ngger .... ilmu kesempurnaan hidup akan bisa dicapai bila seseorang tidak terhanyut oleh nafsu duniawi, tidak mengharapkan pamrih ataupun pujian, tercapainya kesadaran bahwa karsa dan karya dalam hidup adalah pengabdian. Dan Tirta Pawitra suci itu bukan berupa air tidak akan kamu temukan ditempat ini ...., itu hanya perlambang. 

Tirta artinya air kehidupan karena dimana ada air akan ada kehidupan.

Pawitra, artinya bening atau suci. Dalam hidup ini carilah kehidupan sempurna yang mampu memberi ketentraman dan kebahagiaan, mampu menghindari kesalahan dan dosa dari dorongan nafsu tercela untuk mencapai kesucian.

Dan ketahuilah ngger anakku .... belajarlah tentang kesabaran dan kejujuran dari saudaramu Puntadewa saudaramu yang tertua, karenanya dia mampu mendapatkan anugerah 'Jamus Kalimasada'."


Maka saat itu Bima Sena menyaksikan pancamaya, bersatunya cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya bintang, cahaya awan, cahaya bumi, cahaya api, cahaya air dan cahaya angin. 


   " Pukulun selain hamba menyaksikan delapan cahaya .... hamba juga menyaksikan empat warna cahaya menyatu dalam jiwa hamba .... ? " kata Bima


   " Ya benar itu ngger .... empat warna merah, hitam, kuning dan putih adalah warna cahaya nafsumu. Maka menangkanlah cahaya putih dari nafsu mutmainnahmu. "


   " Duh Pukulun ..... ijinkan hamba tinggal di alam keabadian ini karena saya merasakan kedamaian dan ketentraman .... "


   " Werkudara anakku, permintaanmu itu salah, belum saatnya kamu tinggal dialam keabadian ini, kamu tetap harus hidup dialam dunia yang penuh dengan cobaan dan ujian, kamu harus terus berjuang menegakkan kebenaran dan memerangi kezaliman, capailah derajatmu setinggi mungkin dengan amal kebajikan dan pengabdianmu, ada saatnya kamu tinggal dialam keabadian ini, maka keluarlah ngger ..... untuk memenuhi tugas-tugasmu sebagai seorang kesatria .... ! "


TB 23mei2020

Secret Admirer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN PUISI MENURUT KBBI