Pranala ( link ): https://kbbi.web.id/puisi puis 1i/pu·i·si/ n 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak; -- bebas puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik; -- berpola puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain; -- dramatik Sas puisi yang memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang; -- lama puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal; -- mbeling sajak ringan yang tujuannya membebaskan rasa te...

Kumpulan coretan puisi misna saputra widjya




AKU DI NEGERI ORANG

L: "Assalamualaikum? 
Melalu suara merepi 
mencoba mengetuk hati.
padamu belahan jiwa yang di nanti
yang ingin mempersunting menjadikanmu istri"


p: "Waalaikumsalam.
bila jarak menjadi sekat
membuat kita bertumpu 
pada rindu yang padat
laksa cita mu membuatku berharap
pada asa yang membalut jiwa"*

L: " Tak jemu berpangku rindu
bermain di ufuk senja untuk menanti kabar dariku
Maaf,atas hilang,senyap,dalam gelap
membuatmu sungkan mendekat"

p: "Tuan..
Sewindu dirimu menghilang!
Di keheninga malam yang sangat lengang.
Aku pun menatap kearah rembulan yang benderang
Di temani sejuta bintang.
Wahai Tuan...
Kemana dirimu menghilang ?."


L: "Sewindu kita tak pernah berjumpa.
Diriku tak akan pernah melupa...
Kepadamu belahan jiwa!
Rasaku akan tetap ada
Dan terjaga selalu untukmu selamanya.
Aku pergi untuk kembali!
untuk memupuk putik
 Yang ingin menitik,
 Mekar dalam keindahan sang ilahi"

p: *"Kini di kediamanku senja sudah tiba.
Datang dengan sejuta pancarona.
Dalam biasan cahayanya,
Bersama Rindu yang ada.
Yang selalu siap menunggu kedatanganmu.
Di kediamanku
Berserta rindu yang menumpuk .
Memupuk sendu dalam gelisah tak berujung temu ."



L: "Suara jangkrik yang merdu.
Menyambut malam yang membelenggu pada rindu.
Bersama secangkir kopi yang sendu.
Yang selalu mengingatkanku padamu,
Yang selalu aku rindu.
bersabarlah...
karna rindu segera bertemu
laksana cita segera terwujud 
membangun bahtra kehidupan
untuk kita bersatu,bernaung dalam ikatan cinta yang tak lagi semu"


p: "Kini kulihat sepasang burung merpati .
Yang mengudara tinggi!
Yang sedang bercumbu mersa
Dapatkah kita bersama?
Selayaknya burung merpati yang mengudara."


L: "Bila mana waktunya tiba.
Kita akan bisa bersama.
Satu atap bahagia.
Layaknya burung merpati yang selalu bersama Puan."

L: "Wahai Puan...
Senjaku kini berlalu.
Berganti malam yang sahdu!
Hembusan angin malam yang menyapaku.
Mengajakku berjumbu
menjamah rindu yang menggebu
aku ingin bertemu!
aku Rindu..."


p: "Wahai Tuan...
sungguh kita terlalu lama bermain rindu.
Bahkan Rindu ini membunuhku!
Menusuk kerelung hatiku...
Sampai kapan aku harus menunggu.
Menunggu kedatanganmu."


L: "Maafkanlah
Diriku puan...
Yang terlalu lama bermain rindu
Hingga membuat diriku terbang.
Keatas awang-gemawang!
Dan terjatuh di Negeri orang....
Dari mencari syariat
untuk mencukupi niat
untuk meminang"


P: "Pulanglah Tuan."

L: "Aku ingin pulang puan."

p: "Pulanglah Tuan!
Aku sudah sangat rindu..."
 

L: "Bersabarlah puan...
Sebentar lagi aku akan pulang.
Membawa sebongkah berlian,
Untuk meminang
 dan sebuah mahar yang di inginkan."

p: "Aku tak butuh berlian!
untuk engkau pinang....
Aku hanya ingin engkau pulang!
Tak lagi di Negri orang."

L: "Bersabarlah aku akan segera pulang.
Pasrahkan semuanya kepada Tuhan..
Doakan saja lewat doa yang menguntai
Agar diriku segera bisa pulang 
dengan hasil yang memuaskan .
dan melaksanakan apa yang di citakan"


p: *"Baiklah Tuan... Doaku selalu menyertaimu,
Rasaku akan terjaga utuh.
Diriku akan menunggu kedatanganmu di kediamanku."*


L: "Semoga kita bisa bersama"

p: *"Selayaknya burung merpati ,
yang menjulang tinggi!"*

L: "Yang selalu terbang bersama"

P+L: "Serasa mengikuti irama."

SUBANG,JAWA BARAT
10 ,Februari 2020


Misna saputra widjaya




BACALAH

*iqro* bacalah 
Bacalah untuk sebuh penerangan
Maka hidupmu akan datang kedamaian


Bacalah pada setiap daun-daun berguguran.
Tertiup angin lalu melayang
Pada tubuh yang akan di tinggalkan
Maka amalan apa yang akan di bawakan.


*اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ*

*"Iqra` bismi rabbikallażī khalaq"*
"bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan"

Daun-daun hijau bertumbuhan
Hewan-hewan berkeliaran.
Maka segumpal tanah tubuh terbuatnya
Kelak kita akan kembali ketanah.

Sibaklah atas ciptaan Tuhan,
Yang manahnya segalanya telah di berikan.
Maka berdiri tak boleh menginjak
Pada raga yang menapak
Berpijak pada keragaman semesta

*كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ*
*" Kullu nafsin dzaiqatul maut"*
 “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian”.

Saat jasad sudah di liang lahat.
Maka tiada satu pun menghambat.
Berteman gelap,sunyi,senyap
Tulang akan di gerogoti rayap.

*Iqro* bacalah.
Maka bacalah sebuah surat-Nya
Ia lah Al-quran sebagai pedoman.
Untuk menuntun kejalan terang.
Agar selamat untuk berpijak
Dari syafaatNya
Hingga akhirat kau selamat

23-07-2021
subang jawa barat.

buah karya: Misna saputra widjaya


TERTUNDUK MALU

Kepada ilalang di ladang panjang.
Bergoyang tertiup angin yang menopang.
Pada semesta membuat cerita,
pada Alam dengan hijaunya yang mengembara.

Kali ini ,aku berjalan menyusuri jalan yang masih berputar.
Menapak kepada ketidak pastian.
Beriuhkan angin yang memuka jiwa.
Memeluk pada setiap sela hati yang merana.

Mungkin jalanku sudah lelah.
Kakiku sudah tak sanggup melangkah!
Hati ini pun sudah letih merana...
Maka,ijinkan aku bersandar sejenak
Berteduh di bawah hamparan bumi,
Beratapkan langit biru.

Agar kepala menunduk
Pada keragaman yang terbentuk
Bawahwa malam akan memeluk
Pada tubuh yang terpuruk.

"bismillahiladzi La yadhuru ma'asmihi
syai'un fil ardhi wa laa fis sama'i
wa huwa sami'ul alim"

Langkah  mulai aku awali lagi.
Dengan berawalan bismillah
Sebagai pembuka dunia.
Berharap, setetes embun menjadi berkah.
Untuk duniaku yang fana.

11 maret 2021
subang jawa barat
Misna saputr Widjaya




Membunuh diri

Tentang yang masih berpacu,
pada poros waktu.
Gersang, tandus begitu kelabu.
Tertawa menutupi luka pilu.

Pada jalan hidup yang seakan curam.
Terbunuh dalam sepi...
Lalu menikam!
Seakan tubuh ini malang.

Pada setiap api yang menyala dalam diam.
Berkobar, membunuh fikiran!
Hingga melayang...
Melangkah penuh kebimbangan
Membunuh diri dalam keadan.

Tubuhku ,maafkan aku.
Saat ini masih berjalan di atas paku.
Berbaring di atas penderitaan
Terlelap dalan kegelisahan.
Merenung dalam ketidak berdayaan.

"Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi'al Karomi"

Kita bukanlah siapa-siapa
Kelak kita akan berpisah.
Pada raga yang menapak!
Dan jiwa yang terkoyak...
Maaf, aku belum bisa menuntun setiap langkah.
agar menjadi lilah

subang,jawa barat
10 maret 2021
karya:Misna saputra widjaya




MENOLAK SADAR

Knph harus sadar bila menyakitkan?
knph harus sabar bila melelahkan?
knph harus bertahan bila di abaikan?
knph harus ada pelangi bila sesaat,
lalu pergi meninggalkan!

kau tau indahnya Alam tak seindah luka tajam.
Nikmatnya hidup mewah,
Tak akan senikmat hidup susah.
Karna bahagia tak perlu berpura-pura.

Engkau tau hitam menyesatkan,
Namun mengasikan.
Engkau tahu putih membawa kebahagiaan,
Namun selalu di abaikan.

Kau tau di bodohi.
Namun hanya diam
Mulut mulai berbicara.

Tongkosong tak akan berguna
Bila di pukul bunying nyaringnya.
Bagai tahu yang di makan.
Terbuat dari kacang kedelai.
Namun hanya ampasnya.

Diam akan menikam!
Jahat tak mungkin berkhianat...
Baik namun munafik.
Otak di putar,
Jaman mulai memudar.

Diri ingin sadar ,
Namun fikiran dan perasan buyar.
Terdengar bising saat nasihat baik
Telinga seakan menolak!
Emosi seakan memuncak..

Yang salah akan menjadi benar.
Yang benar akan menjadi salah.
Salah saling menyalahkan.
Benar ingin benar menurut sendiri.
Mau sampai kapan bergelut dengan ego diri!

Jaman sudah di ujung tanduk.
Bumi rusak bukan karna Tuhan murka.
Tapi kebodohan manusia mulai berulah.

Diri tak pernah sadar.
Berbangga diri,dengan seonggok daging berkulitkan hina.
Yang ingin di puja puji...
Meminta belaskasih.

Namun lupa jati diri
Seakan mereka Tuhan!
Mengatur segala kehidupan...
Akhirnya diri terbunuh jaman.

ALLAH'HUAKBAR
Lupakah engkau akan Tuhan!
Amesiakah ahlak budi pekerti yang di tanam.
ALLAH'HUAAKBAR
Lelakah kakimu berjalan?
Apa masih enggan menapak kejalan yang benar.
Maka Neraka jahanam engkau dapatkan..

09-04-2021

subang,jawa barat






ALIF DALAM KEHIDUPAN


Bila kau bungkam rasa ini.
Dengan sayatan luka tajam.
Pada keagungan semesta alam.
Atas segala nikmat yang di berikan.

Bila alif huruf pertama dalam hijaiyah.
Pertama dalam bacaan hamdallah.
Sebagi huruf pembuka syukur.
Atas nikamat yang tak pernah kufur.

Bergaris lurus menjulang tinggi .
Dan bagaikan angka satu .
Yang menunjukan bahwa Tuhan itu satu.
Dan dialah yang memiliki kedudukan tinggi di alam semsesta ini.

Alif aku ucapkan.
Dari huruf awal sebagai  pembuka. Dan lisan yang mengungkapkan.
Untuk menyeru dan menyebut setiap nama Tuhan.

Allah'huakbar
Aku takbirkan nama Tuhanku.
Mengagungkan setiap namaMu.
Atas pencipta alam semesta.
Yang berdiri satu tiadak yang lainNya.

Bagaimana bisa aku tersenyum .
Atas luka tajam yang menghantam.
Namun aku akan berdiri kokoh.
Berpegang teguh pada alif.
Yang menggambarkan berjuta makna walu satu huruf.

Berdirilah kokoh walau dunia menjatuhkan.
Layaknya huruf alif .
Tetap sabar dan tegar walau dunia semakin mencekam.

Alif aku uncapkan kembali.
Sebagai penutup doaku ini.
Lewat amin yang paling megah.
Berharap semua doa terijabah.


14,februari 2020

Subang,jawa barat.

Buah karya: Misna saputra widjaya


MERINDUKAN KABAH
KARYA: MISNA SAPUTRA WIDJYA

Labbaikala humma labaik
Labaikala syarikala
Imnal hamda wanigmatana
Wal mulkala syarikala.

Tempat teramat indah di dunia ini
Tempat teramat bersih dan suci.
Membuat tenang seluruh jiwa dan hati.
Untuk menyempurnakan rukan islam kami.

Kabaitullah adalah kiblat ku,
Dan juga Kiblat mu.
Tempat persinggahan terakhir baginda nabi.
Rasul yang paling di cintai.

Labbaikala humma labaik
Labaikala syarikala
Imnal hamda wanigmatana
Wal mulkala syarikala.

Ya Roob dapatkah diriku
Menundukan kepalaku ?
Di atas pusara bagindaku...
Dapatkah bibirku,
Mencium hajar aswat milikmu.

Pantaskah kaki ini berpijak
Di atas tanah suci yang tak berbecak.
Sungguh aku merindukan,
Di kediamanmu yang menapjupkan.

Labbaikala humma labaik
Labaikala syarikala
Imnal hamda wanigmatana
Wal mulkala syarikala.

Di bawah purnama yang bersinar.
Rindu ini  sudah tak terjamahkan.
Pada persinggahan.
Tanah suci penuh keberkahan.

Allah ciptakan dunia.
Untuk kita bersinggah di atasnya.
Janganlah sedikit pun engkau menodainya.
Dengan maksiat dan dosa .

Lihatlah bak samudra yang luas membentang.
Dan Cakrawala yang berlinang
Berserta gunung yang menjulang.
Sibaklah nikmat Allah yang bergemilang.

11 agustus 209
Subang jawa barat.
Jam=22:12 wib




UNGKAPKAN HATI PADA PUISI

Dengar dan rasakan.
Pada setiap aksara yang dibalut perlahan.
Mencoba mengungkapkan.
Pada setiap rasa yang bertumpuan.

Lihatlah penaku menari.
Mencoba bermain diksi.
Lewat suara hati.
Yang ditulis sendiri.

Hingga membuat delusi.
Pada rangkaian imaji.
Mengungkapkan isi hati.
Membuat khayalan pada ilusi.

Hingga mampu menusuk sukma.
Mengoyak jiwa !
Merasuk kedalam raga...
Dari setiap rangkaian kata penuh makna.

Dari setiap kata mutiara.
Mengandung arti dan makna.
Mencoba bermain rima.
Agar terdengar indah.

Disini...
Di tempat ini ,
Aku coba menyibak setiap kata nasionalisme .
Yang menggugah jiwa.

Walau terkadang intonasi tak beraturan.
Artikulasi tak karuan.
Aku coba interpretasi setiap kata yang disusun beraturan.

Walau terdengar gimik dalam improvisasi.
Hingga Mencoba bermain Modulasi
Hingga terdengar melodi.
Yang memekik hati..

Namun dalam sebuah kenikmatan kata.
Hingga berubah menjadi kumpulan satire.
Hingga sampai menyindir.
Sampai membuat sarkas.
Hingga jiwa seakan melepas.
Menuju dunia sastra tanpa batas.

Membalut kehangatan nuansa.
Menggambarkan syair romansa.
Yang begitu melelehkan hati yang ada.





Subang jawa barat 14 september 2019  
di buat pada jam 23:21 wib
Buah karya : Misna saputra widjaya






MERINDUKAN BAGINDA NABI


Catur waktu yang berjalan maju.
Kembang kepis detak jatungku.
Saat aku sebut namamu.
Dalam untaian doaku.


Tasbihku berbicara.
Menyeru namamu.
Betapa aku merindukanmu..
Walau diriku tak pernah bertemu.

Cerita dari cerita yang aku dengarkan.
Namun rinduku tak terjamahkan.
Betapa aku ingin bertemu.
Walau hanya dalam mimpiku.


Wahai kekasih Allah...
Engkaulah insan mulia...
Membawa kedamaian sepanjang masa.
Walau ragamu sudah tiadak.

Ya Rasullah.
Sukma ku tertunduk merebah...
Jiwaku melemah...
Air mata jatuh tak terhankan...
Mendengar setiap pengorbanan.


Ya Rasallah...
Pancaran Pancarona mu.
Membawa keindahan di dalam jiwa.
Menusuk seluruh sukma.

Ya Rasallah...
Kekasih Allah...
Salamku untuk mu.
Lewat sapaan doa yang menguntai.
Lewat mulut dan hati yang bertasbi.
Yang ingin menyanjung sang baginda Nabi.

Bekasi kota orang
4 agustus 2019
2:59




PUTIK SANG RINDU

Putik yang menguning.
Mekar dalam suasana yang hening.
Semerbak indah bergeming.
Harumnya pecah berkeping-keping.


Pada nuansa Aroma putik.
Yang  akhirnya di petik.
Bagaikan hati yang memekik.
Dalam bayangan hujan yang merintik.

Hembusan angin yang semiwir.
Membawa sejuta rintik-rintik air.
Rintik air hujan yang mengalir.
Membawa sepotong daun sampai kehilir.

Kidung fajar di kumandangkan.
Malam yang larut seakan di telan.
Oleh sang waktu yang terus berputar kedepan.
Hingga malam tak terjamahkan.

Mata ini masih tetap terjaga.
Namun rasa gundah dan gelisah tetap ada.
Padamu yang menjamah segala rindu yang ada.
Hingga rindu merebah pada seluruh jiwa.

Dalam sudut ruang penat.
Rindu ini menjerat...
Pada asmara yang menatap penuh harap.
Melarung hingga ingin mendekap.

Ku lihat kumbang
Yang terbang.
Mengudara hingga menjulang.
Kutitipkan salam pada sang kumbang.
Salam rindu dan sejuta sayang.
Padamu yang membuat tidurku tak kunjung tenang.


Bekasi kota orang.
27,juli-2019

Menunggu terbit sang fajar.                               Misna saputra widjaya



JANJI SUCI YANG TERUCAP


Ikat mengikat.
Di balut kehangatan yang melekat.
Melalui janji suci .
Untuk saling berjanji.

Di ujung pencarian cinta.
Melabuhkan segala rasa.
Mampu menerima segalanya.
Saling memiliki rasa.

Di awali dua kalimat syahadat.
Memulai kehidupan baru yang bersahabat.
Suka duka ingin hidup bersama.
Mencoba Saling melengkapi kekurangan yang ada

Ijab kobul terucap.
Melalui lisan mengucap.
Berjaji sehidup semati.
Sampai akhir hayat nanti.

Jabat menjabat tangan.
Tak terasa air mata berjatuhan.
Duduk berdua layaknya raja dan ratu.
Mengharapkan doa dan restu.
Dari mereka yang datang sebagai tamu.

Dari ujung rambut sampai kaki.
Kini dirimu sudah halal aku miliki.
Dari Doa-doa yang menguntai.
Hanya satu pinta yang di inginkan.
Menua bersamamu .
Itulah harapan dan tujuanku.

Subang,jawa barat 20,oktober 2019
Buah karya misna saputra widjaya




SENJA DAN HARAPAN YANG KIAN MATI


Tepat setelah senja mulai terbenam.
Suara-suara mulai bergumam.
Sajak-sajak pun mulai berhamburan.
Kesunyian membalut nuansa temaram.


Terbentang cahaya jingga merona.
Saat senja mulai menampakan keindahanNya.
Namun datang sekejap.
Pergi tanpa meninggalkan ucap.

Di tempat ini.
Senja sudah mulai pergi.
Meninggalkan jejak-jejak kenangan.
Bersama sepucuk pengharapan.

Malam yang menyambut .
Menggantikan kehangatan senja yang membalut.
Di ufuk senja aku menitipkam salam.
Pada luka yang semakin dalam.

Walau sang angin menyapa.
Dengan sempoyan semiwir membawa rasa.
Namun sepucuk pengharap jatuh.
Pada cinta yang berlabuh.

Pergi tanpa sebab yang tak pasti.
Bagaikan cahaya jingga yang pergi.
Membuat senja berganti.
Pergi tanpa permisi.
Berganti malam yang sunyi.

Senja pun sudah mulai tak nampak lagi.
Di balut kehangatan malam yang menyepi.
Bersama kenangan pahit yang menghampiri.
Tenta dia yang telah pergi, membuat harapan kian mati.

7 january 2020

Subang ,jawa barat

Salam literasi
Buah karya: Misna saputra widjaya




KENANGAN DALAM KESUNYIAN

Tepat setelah lampu-lampu dunia di padamkan.
Di tempat itu menjadi satu-satunya persinggahan.
Dari perjalanan kehidupan.
Yang tersisa hanya segelintir kenangan.

Setiap malam jum'at.
Lantunan yasin di bacakan dengan hidmat.
Dari ribuat doa yang di panjat.
Mengantarkan rindu yang sudah semakin tersumbat.

Kini dirimu kekal di tempat persinggahan.
Yang tersisa hanya tulang belulang .
MenjadikanNya sebuah kenangan.
Namun tak mudah bagi angan untuk lupakan.
Melebur mejadi satu dalam kesunyian.


Kini di ribuan pertemuan.
Aku tertunduk meratapi kesunyian.
Menangis di atas pusara penuh cinta.
Mengharapkan  engkau bahagia di sisi-Nya.


Subang, jawa barat.
15-january 2020

Buah karya : Misna saputra widjay



KABUT HITAM MENUJU JALAN KEABADIAN


Rasa-rasa yang bertumpu.
Dari jiwa-jiwa yang kelabu.
Nestafa yang membelenggu.
Dari setiap hati yang sembilu.


Sudah sejauh mana hati tertanam cinta?
Cinta seperti apa yang di bawa?
Apakah cuman membawa luka?
Atau hanya derita.


Bila cinta hukumnya fitrah.
Lantas  hendak bagaimana dirimu menterjemah bahasa rasa?
Untuk bisa membawaNya kejalan yang lilah.
Bila di otak yang terpikir hanya cinta.
Lantas arah hidupmu mau di bawa kemana?

Dari cerita kehidupan.
Banyak luka yang tajam.
Tapi bukan karna cinta.
Yang membuat hidupmu suram.

Laka,liku cerita kehidupan.
Banyak cerita pengantar luka tajam.
Yang bisa jadi karna keteledoran.
Atau karna kesalahan.

Ingat setiap rasa bertumpuan .
Jangan sampai tersesat melewati kabut hitam.
Yang mengantarkan kita kekal dalam keabadin.
Dalam siksa hidup dan mati yang terus berkelanjutan.
Hingga jaman sudah punah dalam kedamaian.

Subang,jawa barat
 10 ,maret-2020

Buah karya : 
Misna saputra widjaya



DUNIA SUDAH SEMAKIN TUA

Daun-daun yang jatuh.
Tak mungkin bisa kembali untuh.
Ranting yang patah.
Tak mungkin bisa kembali sama.

Kini bunga-bunga berguguran.
Pohon-pohon berjatuhan.
Hutan-hutan kebakaran.
Binatang-binatang pergi tak kembali.

Adakalanya satu titi kita terpaku.
Satu titik kita tertuju.
Satu tititik kita terjatuh.
Satu titik kita maju.
Satu titik kita berkumpul merangkaul.

Dari titik mana kita akan melangkah?
Langkah seperti apa yang hendak di bawa?
Dari sudut mana kita akan terhenti.
Dan Bergerak maju dengan satu langka pasti.

Lihatlah, Pada ujung semesta.
Kini semesta sudah berhenti berkelana.
Bumi pun sudah semakin tua.
Dan Semesta seakan merajuk duka.

Apa mungkin Tuhan sudah murka.
Dengan segalah tingkah manusia.
Apa alam sudah lelah?
Dengan segala sifat serakahNya.

Lantas harus bagai mana?
Dari titik mana kita memulainya.
Agar semua baik-baik saja.
Dan berjalan seirama.
Sebagai mana mestinya.
Walau dunia sudah rapuh.
Bagaikan di ujung tanduk.

21,maret 2020
Subang,jawa barat

Misna saputra widjaya



MALAIKAT TAK BERSAYAPKU

Kala mentari datang menyambut pagi.
Dengan bias cahaya hangat menemani.
Setetes embun membasahi bumi.
Membuat sejuk dalam relung sanubari.

Teringat seraut wajah keriput.
Kulit hitam mengental.
Badan kurus tenaga melemah.
Kaki dan tangan menjadi saksi.
Atas perjuangan hidup dan mati.

Iyahlah engkau ibu.
Sosok wanita luar bisa.
Gagah perkasa .
Berani melawan kerasnya dunia.
Demi kita sang buah hatiNya

Hangatnya mentari yang menyapa.
Akan kalah dengan hangat pelukan ibu.
Tiadak lebih indah selain cintamu bu...
Tiadak lebih megah dari kasih sayangmu bu.

Ketika dunia tak lagi berpihak padaku.
Namun engkau mampu memapahku.
Merangkul dengan lembut.
Hingga bahagia terbalut.

Bu saat luka-luka menyebar dan menjalar.
Bu saat jiwaku tergoyah.
Ragaku seakan melemah.
Jalanku mungkin sudah tak lagi sama.
Tak tau arah  tujuanNya .

Namun engkau selalu ada.
Menguatkanku dalam setiap cobaan menimpa.
Bagaikan malaikat tak bersayap.

Bu anakmu kini sudah besar.
Namun semakin sulit memahami kehidupan.

Maafkan anakmu bu.
Tak bisa diriku membalas jasa dan berejuta-juta cinta.
Memberikan kasih sayang sepanjang masa.

Bu maafkan anakmu ini.
Sedari kecil  cuman menyusahkan.
Terkadang membuat geram.
Dengan segala tingkah nakal.

Bu dapatkah aku menjadi bayi kecilmu lagi.
Saat dunia sudah semakin mencengkam.
Lagi dan lagi aku terjatuh.
Dalam curamnya jalan hidup.
Namun dirimu selalu memberi semangat hidup.

Bu
Saat mulut tak mampu berkata.
Tangan tak mampu menyapa.
Hanya selirih doa yang terucap.
Melalui sholat sebagai pembuka ucap.


21.desember 2019 . 
Subang jawa barat 
buah karya: Misna saputra widjaya




SIBAKLAH KEMERDEKAAN


Semerbak harumnya kembang mawar.
Dan cakrawala yang datang memancar.
Datang Melalangbuana.
Di atas bumi pertiwi kita.

350 tahun Negriku di jajah belanda.
Hasil bumi di rampas olehnya.
Tumpah darah pendahulu  ikut berperang.
Tak terhitung jiwa yang melayang.

Demi bangsaku merdeka...
Rakyat korbankan segalanya.
Demi kita Generesi bangsa.
Janganlah sia-siakan setiap detik pengorbanannya.


Inilah Negeriku yang sudah Merdeka.
Yang sudah bebas dari duka.
Yang dulu di jajah, seakan sepanjang masa...
Kini Negeriku sudah Merdeka...
MERDEKA..

Puji syukur kami panjatkan.
Atas setiap anugrah yang di berikan.
Mari kita doakan setiap pengorbanan.
Dan para pahlwan yang gugur di medan perang.

Mari kita lestarikan yang sudah di tinggalkan.
Mari kita jadi generasi yang membanggakan.
Tak pernah luput dari jasa dan pengorbanan.
Untuk kemerdekaan.

Sibaklah catur waktu yang sudah kelam.
Atas setiap detak detik pengorbanan.
Menguras setiap air mata yang jatuh bertumpuan.
Untuk sebuah kemerdekaan.

Subang,jawa barat 16 agustus 2019   di buat 21:12
Salam indonesia.
Salam merdeka.
Selamat dirgahayu Republik indonesia ke 74
Misna saputra widjaya




AKU , KAU DAN TUHAN

Buah karya: Misna saputra widjaya

Melalui luka aku bernyayi.
Namun kau sibuk tertawa dalam sunyi.
Aku bersedih atas kepura-puran.
Namun Tuhan selalu memberikan sandran.
Atas keluh kesahku terhadap luka yang tajam.

Antara aku ,kau dan Tuhan.
Siapakah yang akan membenarkan?
Atas segala upaya yang di berikan.
Namun kau memberi luka yang menghujam.
Dan Tuhanlah yang menguatkan atas kebenaran yang di janjikan.


Kini, aku coba tertawa.
Di atas sebuah luka.
Namun kau terus berpura-pura.
Atas tawaku yang mengguncang jiwa.
Dan sedihku  di keheningan malam yang purnama.

Tuhan tau segalanya.
Tuhan juga yang memberikan hidayah.
Atas sejuta luka dalam derita.
Atas deruku mengadu keluh kesahku padaNya !
Antara aku,kau dan cerita yang membawa luka.

Ijinkan aku bernyayi.
Melalui sholawat nabi.
Agar teduh jiwa dan hati.
Atas cinta yang terbalut pedih.
Hingga hilang di sapung angin
 dikala malam dingin menyelimuti diri.


Subang,jawa barat.

27,april 2020



SEMESTA TAK DAPAT MENOLAk

Harumnya kembang setaman.
Membawa kebahagiaan.
Dengan semerbak lirih .
Dari segala ridho sang ilahi.

Semiwir angin yang syahdu.
Berhembus mengelilingi cakrawala.
Mengitari seluruh jagat raya.
Dan semesta yang menjadi wadahnya.
 إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
: Innamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.


 Tuhan ciptakan seluruh alam semesta.
Dari bumi sebagai tempat berpijak.
Untuk  seluruh ciptaan yang menapak.
Dan langit sebagi atap.

Maka bila Tuhan sudah berkehendak.
Alam semesta dan seluruh isinya tak dapat menolak.
Apa lagi memberontak!
Dari apa yang sudah menjadi kehendak.


Kepada hati yang tak pernah kikir.
Tumbuhan dan binatang yang melengkingkan dzikir.
berseru, bersujud memuji syukur.
Atas segala nikmat yang tak pernah kufur.


Dari semesta yang menjadi wadah.
Atas bersatunya insan-insan manusia.
Menopang dari segala kebutuhanNya.
Hingga raga kembali ketanah.
Dan jiwa kembali kepangkuan Tuhan yang maha Esa.
Semesta akan tetap sama.
Bila Tuhan sudah menghendakinya.


10,april 2020
Subang,jawa barat.


Misna saputra widjaya



DETAK-DETIK ARLOJI MARSINAH

Detak-detik waktu yang berjalan maju.
Menyibak sejarah masa dahulu.
Mengungkap masalalu.
Atas ribuat duka yang menyayat hati sembilu.

Kisah sedih di balik takbir waktu.
Kisah sang buruh aktivis di indonesia.
*MARSINAH* namanya!
Seorang yang pandai membuat jam,merangkai jarup skrup dan roda gigi.

Marsinah hanya seorang buruh di negeri ini.
Setiap hari, setiap pagi.
Pergi kerja untuk menghidupi diri.
Agar tak mati di negeri ini.

Marsinah gemar belajar.
Marsinah adalah organisator terpelajar.
Hingga mampu mengasah lidah agar terlihat tajam.
Hingga terdengar sampai menghujam.

Marsinah dengan gigih dan percaya diri.
Melawan kekerasan pemerintahan orde baru.
Yang membuat hati sembilu.
Hingga arloji marsinah terdengar syahdu
Tik...tok...tik..tok...tik..tok..

Arloji masih melaju.
Dengan syahdunya mengiri sang waktu.
Marsinah seorang gadis yang rajin mengumpulkan keliping dari koran.

Marsinah di bekap,di culik hingga senyap...
Hingga arloji tak berdegap.
Di bunuhnya marsinah oleh orang-orang yang tak berbudi tak punya hati.

Sungguh ironi yang menyayat hati.
Hingga arloji kembali berdetak Tik...tok..tik...tok..tik...tok dan arloji meledak.
Tepat pada tanggal 8 mei.

Pembunuhan Marsinah di awali.
Marsinah di jemput pada hari baik dan bulan baik.
Marsinah di sekap entah kemana...
Marsinah di siksa oleh tangan-tangan.
Entah tangan siapa...
Marsinah di sekap dalam ruang gelap agar senyap...
Hingga detak-detik arloji, tak terdengar lagi.

Marsinah tak berdaya.
Marsinah tak bersenjata...
Hanya gemar mengasah kata!
Hingga tajam terdengar di telinga..


Arloji marsinah sudah tak terdengar lagi.
Senyap!
Di telan sang waktu.
Dan marsinah abadi dalam dekapan sang ilahi..

10,april 2020
Subang jawa barat

Misna saputra widjaya



PENGHUJUNG RINDU


Di penghujung rinduku.
Aku panjatkan doa untukmu.
Aku sapa lewat sepertiga malam.
Walau malam menjerat kelam.


Di ujung rindu.
Arloji berdetak syahdu.
Balada rindu menghampiri diriku.
Di antara penghujung doa dalam rindu.


Wahai dirimu yang aku sebut dalam doaku...
Yang selalu aku ceritakan bersama Tuhanku.
Mampukah diri ini menunggu...
Walau kadang raga ini merasa rapuh.


Sapaanku lewat angin sendu.
Salamku, lewat doa yang aku panjatkan kepada Tuhanku.
Rinduku akan ku titipkan pada rembulan yang merona.
Harapanku sederhana,
Hanya ingin menua bersama.
Dalam ridho Tuhan yang Maha Esa.


Bekasi kota orang.
1 agustus 2019


Misna saputra widjaya




MAHLIGAI BAHTERA CINTA


Aduhai mahligai bahtera cinta.
Membelenggu insan manusia.
Menjadikannya sempurna.
Indahnya.

Pekat
Menjadi terikat.
Dalam satu sekat.
Yang sudah menjadi qodrat.

Aduhai bahagianya insan manusia.
Cinta telah sempurna.
Bahtra perkawinan.
Selamanya.

Tuhan.
Memberikannya cinta.
Kepada semua mahluknya.
Semoga semuanya menjadi lillah.

3, april, 2020


Misna saputra widjaya



SAHABAT AKU RINDU

Teringat kisah yang lalu.
Kisah masa-masa dahulu.
Ketika kita bersatu.
Dalam langit biru.

Canda dan tawa selalu.
Mengiringi setiap jalan hidupku.
Bersamamu duhai sahabatku.
Tak terkira kini berlalu.


Sahabat masih ingatkah.
Kenangan kita dahulu.
Bersama kita arungi semesta.
Melawan kerasnya dunia.

Sahabat aku rindu.
Akankah kita bisa bertemu.
Berbagi cerita seperti dulu.
Walau raga sudah tak mampu.
Berdiri seperti dulu.

Ku buat puisi-puisi indah.
Menggambarkan semua rasa.
Betapa aku merindukanNya.
Duhai sahabat tercinta.

Subang,jawa barat 3 April 2020


Misna saputra widjaya



TERGUGAT RINDU PADA SENYUMAN NEGERI

Angin teduh bergerak kehilir.
Dengan cerita siamatir.
Mengungkap melalui  melodi syair.
Mengendap-endap takbir.

Negeriku punya cerita.
Yang selalu dilanda bencana.
Mengguncang ribuan umat manusia.
Yang kini tersirat takbir duka.

Menyibak takbir waktu.
Yang terlah berjalan maju.
Tentang bencana alam yang membuat hati sembilu.
Tentang air mata yang jatuh di pangkuan ibu.

Aceh yang hilang alam subur makmurnya.
Ditelan ombak yang bergulung.
Selat sunda yang kehilangan pantainya.
Menelan puluhan jiwa.
Berserta musi-musi yang ternama.
Gunung merapi yang meletus.
Yang membuat alam semakin pupus.

Teringat dalam benak.
Ketika Puluhan mahasiswa teriak.
Menjerit akibat gas air mata di makasar.
Papua yang kehilangan Tuan tanah.
Di negeri sendiri.
Para politikus yang menggerogoti bangku Negeri.

Kini wabah bencana.
Tak kasat mata melanda.
Di Negeri kami tercinta.
Ribuan jiwa kini sedang di pertaruhkan.
dan begitu banyak bencana dan musibah melanda.

Siapa lagi yang akan menjadi perdebatan?
Siapa lagi yang mendengar deru kami?
Di keheningan malam,
Yang menyambut sepi.

Kami rindu kedamaian di negeri.
Kami rindu bercanda berbaur mesra dengan kerabat.
Kami rindu senyum ibu pertiwi.
Kami rindu kepakan sayap burung garuda.
Terbang tinggi bebas,
Lepas, tanpa batas.

Kembalikanlah senyum di Negeri ini.
Kembalikanlah rindu-rindu kami.
Pada kecintaan di tanah ini.
Hingga kami pulang nanti.
Dan ibu pertiwi bisa tersenyum manis,
Diatas bumi ini.

Subang,jawa barat 2,april- 2020


MISNA SAPUTRA WIDJAYA


AKU PULANG TAMPA CINTA


Tersirat dari sebuah rasa.
Rasa-rasa yang menjadi gundah.
Bernaung dalam lautan rindu.
Bersama angin asmara yang menggebu.

Satu titik berjuang karna cinta.
Hanya bertujan berlabuh pada bahtraNya.
Bersama sebuah keperyaan yang ada.
Hingga semua rindu menjadi nyata.


Namun kini semua berubah.
Hilang semua kepercayaan.
Hilang semua kerinduan.
Hilang sebuah keyakinan.
Hanya karna tak mampu bertahan dengan segalanya.

Masihkah  sanggup bertahan.
Atas sejuta luka yang datang beruntunan.
Sedangkan aku tau semuanya.
Hanya kepura-puraan semata.

Tak sanggup menyanggah sebuah kepercayaan.
Tak mampu bertahan.
Hanya karna jarak .
Yang hanya menjadi penghambat.
Dan aku tak bisa setiap saat ada.
Dalam duniamu seutuhnya.

Hanya saja aku memilih diam.
Karna dengan itu Caraku bertahan.
Agar hubungan kita tak berujung perpisahan.

Melihat kenyatan.
Bahwa ternya diam-diam.
Dirimu bermain api.
Diam-diam berpaling rasa.
Pada dia yang datang hanya mengisi kekosongan.
Namun aku hanya bisa tersenyum.
Menahan luka yang mendalam.

Hingga aku sadar dengan semuanya.
Caramu bermain cinta.
Membuat luka.
Tanpa menyakiti hati dengan duka
Dan aku pulang dari kerasnya berjuang.
tanpa adanya nama cinta dan membawa luka.

31,maret 2020


Misna saputra widjaya


SEMBAHYANGKU BEKALKU


Melalui doa sebagai obejek kami berteduh.
Meminta ampunan atas segala dosa yang berlalu.
Dan lewat sembahyang kami bertemu.
Sebagai pelantara agar dapat rahmat dan ridhoMu.


Doa dan tasbih yang bergeming.
Melalui suara merepih.
Caraku berbaur mesra.
Bercumbu bersama Tuhan yang masa esa.

Sesungguhnya sembahyaku.
Menyelamatkan imanku dan juga perbuatan mungkar.
Sembahyangku kelak akan jadi saksi.
Dan akan menyelamatkanku dari hisabku.
Sembahyaku merangkulku.
Agar terhindar dari Hawa nafsu.


Inna sholaati wa nusuki wa mahyaaya wa mamaati lilahi rabil' alamin.
Sesungguhnya sholatku.
Dan selurh dzikirku.
Hanya untuk Allah semata.
Tiadak yang lainnya.

Bilamana tiba waktunya.
Nafas sudah di ujung hela.
Maka ijinkan kami mengucap.
Untuk satu kalimat.
: la ilaaha illalah muhamadar rasullah

Untuk menjadi saksi.
Bahwa hidup dan mati.
Sudah menjadi kehendah sang ilahi.
Dan sembahyangku untuk bekal nanti.

Subang,jawa barat 31,maret 2020


Misna  saputra widjaya


Tuan isi kosong


Dar,der,dor.
Suara kebisingan melanda gundah.
Jerit menjerat mengundang gelisah.
Kegaduhan di mana-mana.
Berkoar sesuka hati mereka.

Usik mengusik.
Di kediam ini terusik.
Berteriak mengundang keributan.
Semua orang di kumpulkan.

Jilat menjilat.
Ludah sendiri di jilat.
Agar dirinya terlihat hebat.
Mulut komat-kamit
Biar di anggap berbakat.

Tuan mau sampai kapan ngomong terus.
Bagaikan anjing menggo-gong.
Meminta makan kepada sang tuan.
Agar tak kelaparan.

Tuan.
Tuan...
Tuan!
Mari duduk di sini berliterasi.
Memanjakan diri dengan lantunan diksi.
Sudahi orasi.
Membuat bising saja telinga ini.

Orang diam bukan berarti bodoh.
Orang bodoh bukan berarti diam saja.
Oh Tuan orang pintar.
Tolong jangan salah langkah dalam melingkar.

Tuan
Mari diskusi dalam diam.
Sudahi tong kosong .
Atau memang isi kantongmu sedang kosong.
atau hanya pamer isi otak kosong.
Atau kesombongan.

 Oh tuan pintar atau sok pintar.
tapi tidak mau di benarkan.
Belagah bijak hanya untuk menutupi kesalahan.
Atau menutupi kebohongan.
 Hahaha
Mari Tuan sudahi.
 Seduh kopi hitam.
Untuk menemani malam.
Agar hatimu tidak guncang.
Hanya karna ingin tenar dan di pandang orang.

Revisi 30, maret 2020
Subang,jawa barat.



Buah karya: Misna saputra widjaya


HARAPAN DALAM PENYAMBUTAN BULAN KESUCIAN


Anak langit yang jatuh berupa air.
Jatuh menyusuri sampai kehilir.
Suara germicikNya pun bagaikan syair.
Dan Menari dalam dekapan takdir.

Anak bulan yang jatuh kehilir.
Dan penanggalan-penanggalan yang mengungkap takbir.
Bahwasanya satu bulan lagi ramadhan akan hadir.
Namun murka Tuhan masih menjadi takdir.

Mahluk kecil mungil namun mematikan.
Membuat gentar seluruh jagat raya.
Dari jeritan para penghuni semesta.
Yang mananya sedang di landa wabah bencana.

Teguran atau peringatan untuk seluruh mahluknya.
Mereka Meringkuk dalam dan menuju keabadian.
Jeritan dalam setiap qolbu di hati.
Berharap segera berhenti.
Dan menikmati ramadhan yang di nanti.

Harapan, pujian dan doa terpanjat.
Lewat tetesan air mata  yang mengalir .
Membasahi disetiap sujud kami.
Berharap duka lara dalam dunia segera sirnah.
Dan penghuni semesta berteriak syukur .
Atas kebesaran Tuhan yang maha agung.

24,maret 2020
Subang, jawa barat

Misna saputra widjaya



PUISIKU DI KEBIRI

karya: 
Misna saputra widjaya



Pada luapan amarah kami bercerita.
Tentang otak yang mencoba merangkai kata.
Tangan menulis diksi-diksi indahnya.
Pada sekumpulan sajak untuk berbagi cerita.

Kami punya cerita  bebas
Tentang menulis di atas lembaran kertas
Agar maksud hati kami terdengar luas.
Pada setiap hati yang lain agar membekas.

Ceritakan pada kami tentang luapan sebuah karya seni?
Kami  hanya senang menulis sajak dan puisi.
Jangan kau mengakui sebuah karya yang di tulis sendiri.
Kalau kau tak mau memdaptkan luapan emosi.

Aku sakit hati.
Atas kepura-puran kalian meyukai kata dan puisi.
Namun  melupakan makna dan isi.
Bertopeng malaikat berkedok iblis.
Berpura-pura menyukai namun  kata seolah-olah sudah tak berarti.

Wahai  para pemulung karya seni.
Berjubah  malaikat yang  menyejukan hati.
Terjemahkan pada kami atas sebuah luapan karya seni?
Bukan ingin memiliki sendiri!
Memperkosa diksi!
Mengkebiri puisi...

Karna karya kami sebuah luapan isi hati.
Menterjemahkan dengan tulisan dan kumpulan diksi.
Membawakannya dengan luapan exspresi.
Maka jangan engkau mengakui karya kami.
Bila tak ingin kami sebut sebagai sipecundang diksi.

Ijinkan kami menulis dengan pena hitam kami.
Bukan dengan pena merahmu yang berbau darah.
Seolah-olah kami yang salah.
Kami mencoba berliterasi dengan puisi.
Membuat sajak-sajak indah agar terdengar di hati.
Jadi tolong jangan kau kebiri puisi kami.
Dengan otak kosong bunyi nyaringnya.


Karna semua karya sama bermakna.
Memiliki arti dan nilai moral tersendiri.
Bagi kami para penulis dari hati.
Mari berbagi cerita tentang hidup dan cinta.
Menulis bersama,
Meluapkannya dengan exspresi yang berbeda.
Karna kita sama.
Sama menyukai dunia sastra.

10,mei 2020
Subang,jawa barat.



Agamaku dan para pejabat pengabdi

Buah karya :Misna saputra widjaya

Terkikis waktu.
Terjerat benalu..
Terombang-ambing  sembilu!
Derita yang tak pernah berlalu.


Merobek luka
.
membelenggu jiwa!
Tertusuk duri kerinduan.
PadaMu aku meminta pertolongan.
Ya Ilahi Ya Robi.

Bila mana waktu dapat berputar.
Aku ingin hidup di mana sebelumnya tidak pernah terjadi kekacauan.
Agar air mata tak jatuh bercucuran.
Pada perintah yang mengoyak-oyak keimanan.


Aku ingin bersandar sejenak.
Merenungi nasib di atas pangkuan ibu pertiwi.
Bercerita tentang keramaian di Negeri ini.
Ketika para pengabdi sudah kehilangan iman di dalam diri.

Ya Allah...
Ijinkan aku menyeru dan mengadu.
Atas cobaan dalam  negeriku.
Hatiku terkikis manis.
Dari ribuan janji manis rayuan iblis.

Agamaku sedang di pertaruhkaan.
Ketika masjid-masjid mulai di kosongkan dan sholat berjamaah sudah tidak di perbolehkan.
Tapi mall, pasar,gereja dan tempat hiburan di biarkan...
Ya Allah!
Ada apa dengan keimanan para pengabdi Negara.?


Seakan agamaku sedang di robohkan
Bukan karna virus yang engkau ciptakan.
Namun pada peraturan yang katanya mencoba membenarkan.
Tapi kenapah agamaku menjadi dampak peraturan.

Di luar sana para pengabdi berpesta 
Konser amal di jalankan.
Mengundang perkumpulan.
Tapi berkumpul  di masjid di bubarkan.
Takbir keliling tidak di bolehkan.
Sebenarnya siapa yang tidak patuh peraturan?
Kami atau para pejabat pengabdi!

Ada apa dengan keimanan para pejabat pengabdi.
Seakan mereka loyalitas.
Bersikap soan hanya untuk popularitas.
Seakan agama kami di tindas.
Lagi-lagi kami rakyat kecil yang menjadi korban.
Dan agama kami sedang di pertaruhkan.

Subang jawa barat
20,mei 2020


AKU HANYA INGIN

Buah karya : Misna saputra widjaya

    Aku ingin tersenyum.
Walau jutaan luka mati rasa.
    Aku ingin tersenyum.
Walau sakit menanggung derita.
    Aku ingin tersenyum.
Walau air mata membuat basah dalam sekujur raga.

    Ijinkan aku bahagia...
Setelah cobaan dan derita melanda.
   Ijinkan aku bahagia..
Setalah beban di pundak tak mampu lagi aku sangga.


Aku ingin tersenyum bahagia.
Bersuka cita dari nestafa membelenggu jiwa.
Dari ribuat kata hikayat yang membuat jiwa kuat.
Dari ratusan kaki menginjak kepala.
Hingga tersungkur dan terjebur,
Dalam setiap cobaan melanda.

Maka aku mohon dengan sangat!
Aku hanya ingin tersenyum bahagia.
Bersama orang-orang yang di cinta.
Tanpa merasa sedih dan dendam membara.
Hingga nanti aku pulang kembali.
Menghadap sang ilahi ya Robbi.

Dan selipkan sepucuk doa .
Agar jalanku pulang tak salah.
Dan doa mu menemani hingga di mana tempat engkau tak bisa menjamah.

25,mei 2020 subang,jawa barat.



MENGKOPIPASTE_KEDOK_DAN_TOPENG

Buah karya: 
Misna saputra widjaya 

Kedok atau topeng?
Berperan menutupi alur cerita.
Nampak sama.
Hanya saja sedikit berbeda.

Topeng di pake buat meniru exspresi
Mengkopipaste jalannya hidup orang lain.
Merasa bangga dengan berpura-pura.
Namun pada faktanya menutupi sedih dalam tawa.

Topengmu di buang.
Kedokmu kau pakai.
Lalu mengatur ulang sebuah exsperesi.
Membuang jati diri.
Hanya untuk menutupi gengsi.
Dirimu bukan dirimu.
Dirimu adalah dirinya.

Berpura-pura diam.
Padahal menikam.
Mengkopipaste segala perbuatan.
Hanya untuk pencitraan.

Hari ini mau pake kedok mana?
Besok mau pake topeng mana?
Kopipaste alur cerit kehidupan siapa lagi?

Besok atau lusa mau menjadi siapa lagi?
Agar dirimu di anggap hebat.
Pada hal cuman pelagiat.

*Subang,jawa barat.
29,mei-2020
13:29 WIB*



TERTAWA DALAM TANGIS
buah karya: 
misna saputra widjya

Tersesat dalam kabut jalanan.
Menapaki jalanan berlubang.
Hingga terdengar suara sumbang.

Asap folusi tak pernah menjadi solusi.
aku mati dalam dekapan sang ilahi...

Berpura-pura mencintai kami
Namum menusuk setiap jantung.
Merobek hati!
Meludahi kepala kami...
Demi kesombongan diri...
Untuk sebuah populeritas 

kami tak berdaya dalam kedok kepura-puraan.
Kami tak berwenang atas apa yang di upayakan.

Tapi ingat kami akan memberontak 
Lewat tulisan dan sajak
Mengoyak-oyak jiwa kalian..
Merobek akal picik...
Hingga kalian tercekik...


Aku akan tertawa lepas.
Atas kepura-puraan kalian
mencintai kami.

karna kami hidup dalam sebuah tulisan hikayat.
Bertatanan hidup dalam adat...
Dan menata hidup dari arti dan makna kata
Walau bising di telinga...



(hahahaha)
Aku tertawa...
Dalam tangis melebur jiwa.
Dari kaku kalian meremehkan makna.
Karna hidup tak akan selamanya abadi.
Kelak kepura-puraan kalian akan mati.

15 juli,2020
subang jawa barat.
21:22 wib.




asmara cinta

Entos tebih suku ngalengkah .
Mapayan jalan anu satapak.
Milarian cinta anu ngalengit.
Mangkat idit teu pamit.

Dinten ayeuna abdi nuju ngumbara.
Masih keneh Milarian cinta.
Cinta anu satulusna narima.
Narimakeun segala kakurangan anu aya.

 Najan Waktos  na  nyalerek terus.
Nyindet hate anu paeh.
Anu redup eweh caang.
Hate anu poek .
Hate anu kosong.
Ngait kana luka hate anu bahela.
Anu mangkat teu ngucap keun pamit.

Dadas hate masih keneh karasa.
Najan loba cinta anu mampir teu karasa.
Tapi hate masih keneh emut anu cinta bahela.
Kekeh kana hiji cinta eta

Gusti anu kawasa .
Pitulung abdi dina asmara.
Asmara cinta anu entos nyieun luka.
Ninggalkeun abdi nyalira.
Dina jero luka anu loba rasa cinta.

Gusti anu agung.
Pang bolak balik keun hatena.
Sabab  suku entos teu sanghup ngalengkah .
Hate ges teu bisa nahan rasa.
Hoyong pisan tiasa bareng jeung jalmi anu pika cinta.
Najan hate loba luka


2020,20-january
Subang jawa barat

Karya : Misna saputra widjaya



DEMI WAKTU.

L:
Walasri,Demi masa dan demi waktu.
Demi waktu yang tak berujung temu.
Kini ku sibakan isi hatiku.
Lewat lisan aku ungkapkan semua itu.
Tantang seluruh rasa yang ada dalam diriku.

P;
Walasri, Demi masa dan demi waktu.
Demi waktu kini kutunggu.
Hanya untuk menanti kehadiran dirimu.
Temani diriku dikala sepiku.
Walau hati terbelenggu ...
Dengan rasa rindu yg menggebu.
Kau selalu ada dalam hatiku.

L:
Walasri, Demi masa dan demi waktu.
Kini Di kepekatan waktu.
Yang coba membelenggu rindu,
Oleh jarak dan waktu.
Aku coba hadirkan rasa tentangmu.
Aku imajikan setiap namamu ...
Oleh aksara yang bergelayut merdu.

P:
Ketika sang rembulan datang.
Dan kilaulan sang bintang benderang.
Belaian angin malam menyelimutiku dalam kesendirian yang tak bertepi.
Ku renungi dirimu dalam bias cahaya yang terlukis indah dihati.

L;
Biarpun rembulan benderang.
Dan bintang berkilau terang.
Sungguh sampai mana hati ini bertahan.
Oleh dilema cinta yang datang beruntunan.
Padamu  yang selalu aku rindukan.

P;
Walau dirimu jauh disana.
Walau kadang dilema ini melanda.
Walau jarak dan waktu belum menakdirkan kita berjumpa.
Tapi melodi cinta kita kan selalu bersama.
Bersemayam dalam hati selamanya..

L;
Kini sang waktu terus berputar .
Hati ini semakin mekar.
Oleh sang rindu,
Yang kian menderu.
Bersabarlah sayangku.
Biar waktu menjawab semuanya,
Tentang semua rasa di hati.
Yang ingin bisa memiliki.
Dalam Ridho sang illahi.

P;
Biarlah waktu yang menjwab semuanya.
Dalam kepekatannya.
Semoga kita tetap bersama .
Seiring waktu yang berjalan serasa berirama.

L:
Dalam do'aku
P:
Dalam sujudku
L;
Aku meminta kepada sang pemilik waktu.
P;
Agar rindu ini cepat bertemu.
L+P:
Oleh cinta yang di rindhoi-Mu.

P: Dicatat antara subang,banyumas.
L; Jawa tengah
P; Dan jawa barat.
L; 23, juni 2019
L+p ; karya 
P; Misna saputra widjya
L;dan Zahrotunisa



SEPASANG BURUNG DARA

P:
Satu darsawarsa dirimu menghilang.
Di keheningan malam yang lengang.
Mata ini tak mampu menatap 
kearah rembulan yang benderang.
yang pekatnya ditemani sejuta bintang. 
Wahai Tuan...
Dimana ragamu sekarang?

L:
Satu darsawarsa kita tak pernah berjumpa.
Diriku tak akan pernah melupa
Pada sosok mu yang ku sebut belahan jiwa.
Rasaku kaku.
Namun akan tetap sama...

P:
Kini di tempat peristirahatan
senja telah menampakan jingganya.
Datang dengan sejuta pancarona.
Dalam biasan cahaya.
Bersama Rindu yang kian menyatu. 

L;
Kicau burung merdu...
sahutan angin menderu.
Gugur nya ranting kering .
Bersama putik yang menguning.
Rindu ini semakin menelanjangi
Datang nya perlahan namun menyakitkan.

P:
Pada sepasang burung dara
Yang melintasi cakrawala.
Padanya aku bercerita...
Aku kekal ditempat peristirahatan.
Bertumpu pada rindu yang kian menggebu.
Bercumbu mesra diatas pusara penuh cinta.
Dapatkah kita bersama Tuan...
Seperti lautan yang tak memiliki tumpuan...
Seperti gunung yang tak berujung.
Dan sepasang burung dara
Yang bergerak seirama.

L:
Wahai Puan...
Senja ku semakin berlalu.
Jingganya perlahan menghilang.
Berganti malam pekat.
Yang membuat kita semakin bersekat...
Hembus angin menyapa .
Mencoba mengajak bercengkerama .
Padanya, aku titipkan pesan.
Puan...
Aku merindukanmu dan Tuhan tau itu. 

P:
Wahai tuan...
Aku menerima semua pesan yang kau titipkan.
Pada udara 
Yang mencoba menerka!
Pada cahaya 
Di pekat malam yang dipaksa tenggelam.
Aku pun merindu
Rindu ini tak tau malu.
Atas nama pusara dikepalaku.
Maaf, aku tak dapat lagi menyapamu.

L:
Maafkan diri ini Puan... 
Semuanya terasa sangat menyakitkan.
Rindu ini tak asing...
Justru semakin mendarah daging!
Harapku kian terbang ke awang-gemawang.
Lenyap, lalu menghilang.
Dari setiap tetes air mata penuh derita.
Cambukan aksara yang menyiksa.
Tak mampu menerima semua
Kenyataan terpahit...
Bahwa sejatinya!
Kau telah tiada.

P:
Tuan...
Berhentilah mencipta tangis
yang mengikis!

L;
Puan..
Paras indah telah melebur tanah!
Senyum, senyap telah digerogoti rayap...
Sisa-Mu,
Hanya tulang belulang. 
Yang meninggalkan kenang...
Walau raga tak lagi menyatu.
Aku, ingin bertemu hingga rindu ini tersapu.

P;
Takdir telah berbicara...
kita tak lagi sama. 
Kita berbeda...
kita tak lagi sama!
Kita hanya bisa bertegur sapa.
Lewat doa yang mengudara.
Kita tak lagi sama.... 
Tuan... 
Kita berbeda!

L;
إنَّا ِللهِ وإنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْن الَلهُمَّ عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ مُصِيْبَتي فَأجِرْنِي 
ِفيها وَأَبْدِلْني ِمنْها خَيرًا 

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Allahumma 'indaka ahtasibu musibati fa ajirni fiha wa abdilni minha khaira

Baiklah puan
Tangisku tak akan berujung temu.
Kini, biar doa yang menyapa. Meringankan bebanmu disana. 
Aku mencintaiMu... 
Atas nama Tuhanku.
Yang telah mempertemukan dan memisahkan. 

P;
Ikhlas kan Tuan...
Cerita kita akan selalu ku catat. sebagai memori, penuh canda tawa bahagia.

L; 
Doaku selalu menyertaimu.
Rasaku tetap terjaga untukmu.
Pada setiap senja yang menyambut,
Dengan bias jingganya.
Aku akan tertunduk menghadap pusara...
Penuh cinta.
MenyapaMu, atas nama rindu.

P+L:
Semoga kita dapat bersama.
L:
Seperti
P;
Sepasang Burung Dara.
L+P;
Kekal di syurga
selamanya.

P : dicatat diantara Subang, bandung
L : 15 juni
P : 2019
L + P : Buah Karya
P :Misna saputra widjaya
L: dan andien



BREAKING NEWS

Berita yang saat ini sedang firal di sosial media.
Sebuah pohon caringin tumbang di desa ciwaringin.
akibat pohon tumbang satu keluarga mengalami kecelakan .
Diantaranya bernama mbak kuntilanak, mas pocong, dan satu anak mereka genderuwo .
karna kejadian itu mereka mengalami benjol-benjol di kepala, patah tulang,patah kaki dan patah hati!
Dan akibat pohonnya tumbang desa ciwaringin akan berganti nama menjadi ciwaringin Roboh.

korban di larikan keRumah Sakit Pondok hantu Jaya abadi untuk mendapatkan perawatan khusus oleh para suster ngesot.

Demikian BREAKING NEWS hari ini.
jangan percaya dengan berita ini.
karna berita ini hanya humor dan guyon belaka.
bila ada nama dan dan  tempat yang sama kami mohon maaf dan  kami ucapkan selamat ternyata anda termasuk golongan MEREKA!

SUBANG,JAWA BARAT
27,JULI-2020
Misna saputra widjaya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN PUISI MENURUT KBBI