Kumpulan coretan puisi misna saputra widjya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
TERTUNDUK MALU
Kepada ilalang di ladang panjang.
Bergoyang tertiup angin yang menopang.
Pada semesta membuat cerita,
pada Alam dengan hijaunya yang mengembara.
Kali ini ,aku berjalan menyusuri jalan yang masih berputar.
Menapak kepada ketidak pastian.
Beriuhkan angin yang memuka jiwa.
Memeluk pada setiap sela hati yang merana.
Mungkin jalanku sudah lelah.
Kakiku sudah tak sanggup melangkah!
Hati ini pun sudah letih merana...
Maka,ijinkan aku bersandar sejenak
Berteduh di bawah hamparan bumi,
Beratapkan langit biru.
Agar kepala menunduk
Pada keragaman yang terbentuk
Bawahwa malam akan memeluk
Pada tubuh yang terpuruk.
"bismillahiladzi La yadhuru ma'asmihi
syai'un fil ardhi wa laa fis sama'i
wa huwa sami'ul alim"
Langkah mulai aku awali lagi.
Dengan berawalan bismillah
Sebagai pembuka dunia.
Berharap, setetes embun menjadi berkah.
Untuk duniaku yang fana.
11 maret 2021
subang jawa barat
Misna saputr Widjaya
Membunuh diri
Tentang yang masih berpacu,
pada poros waktu.
Gersang, tandus begitu kelabu.
Tertawa menutupi luka pilu.
Pada jalan hidup yang seakan curam.
Terbunuh dalam sepi...
Lalu menikam!
Seakan tubuh ini malang.
Pada setiap api yang menyala dalam diam.
Berkobar, membunuh fikiran!
Hingga melayang...
Melangkah penuh kebimbangan
Membunuh diri dalam keadan.
Tubuhku ,maafkan aku.
Saat ini masih berjalan di atas paku.
Berbaring di atas penderitaan
Terlelap dalan kegelisahan.
Merenung dalam ketidak berdayaan.
"Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi'al Karomi"
Kita bukanlah siapa-siapa
Kelak kita akan berpisah.
Pada raga yang menapak!
Dan jiwa yang terkoyak...
Maaf, aku belum bisa menuntun setiap langkah.
agar menjadi lilah
subang,jawa barat
10 maret 2021
karya:Misna saputra widjaya
MENOLAK SADAR
Knph harus sadar bila menyakitkan?
knph harus sabar bila melelahkan?
knph harus bertahan bila di abaikan?
knph harus ada pelangi bila sesaat,
lalu pergi meninggalkan!
kau tau indahnya Alam tak seindah luka tajam.
Nikmatnya hidup mewah,
Tak akan senikmat hidup susah.
Karna bahagia tak perlu berpura-pura.
Engkau tau hitam menyesatkan,
Namun mengasikan.
Engkau tahu putih membawa kebahagiaan,
Namun selalu di abaikan.
Kau tau di bodohi.
Namun hanya diam
Mulut mulai berbicara.
Tongkosong tak akan berguna
Bila di pukul bunying nyaringnya.
Bagai tahu yang di makan.
Terbuat dari kacang kedelai.
Namun hanya ampasnya.
Diam akan menikam!
Jahat tak mungkin berkhianat...
Baik namun munafik.
Otak di putar,
Jaman mulai memudar.
Diri ingin sadar ,
Namun fikiran dan perasan buyar.
Terdengar bising saat nasihat baik
Telinga seakan menolak!
Emosi seakan memuncak..
Yang salah akan menjadi benar.
Yang benar akan menjadi salah.
Salah saling menyalahkan.
Benar ingin benar menurut sendiri.
Mau sampai kapan bergelut dengan ego diri!
Jaman sudah di ujung tanduk.
Bumi rusak bukan karna Tuhan murka.
Tapi kebodohan manusia mulai berulah.
Diri tak pernah sadar.
Berbangga diri,dengan seonggok daging berkulitkan hina.
Yang ingin di puja puji...
Meminta belaskasih.
Namun lupa jati diri
Seakan mereka Tuhan!
Mengatur segala kehidupan...
Akhirnya diri terbunuh jaman.
ALLAH'HUAKBAR
Lupakah engkau akan Tuhan!
Amesiakah ahlak budi pekerti yang di tanam.
ALLAH'HUAAKBAR
Lelakah kakimu berjalan?
Apa masih enggan menapak kejalan yang benar.
Maka Neraka jahanam engkau dapatkan..
09-04-2021
subang,jawa barat
Bila kau bungkam rasa ini.
Dengan sayatan luka tajam.
Pada keagungan semesta alam.
Atas segala nikmat yang di berikan.
Bila alif huruf pertama dalam hijaiyah.
Pertama dalam bacaan hamdallah.
Sebagi huruf pembuka syukur.
Atas nikamat yang tak pernah kufur.
Bergaris lurus menjulang tinggi .
Dan bagaikan angka satu .
Yang menunjukan bahwa Tuhan itu satu.
Dan dialah yang memiliki kedudukan tinggi di alam semsesta ini.
Alif aku ucapkan.
Dari huruf awal sebagai pembuka. Dan lisan yang mengungkapkan.
Untuk menyeru dan menyebut setiap nama Tuhan.
Allah'huakbar
Aku takbirkan nama Tuhanku.
Mengagungkan setiap namaMu.
Atas pencipta alam semesta.
Yang berdiri satu tiadak yang lainNya.
Bagaimana bisa aku tersenyum .
Atas luka tajam yang menghantam.
Namun aku akan berdiri kokoh.
Berpegang teguh pada alif.
Yang menggambarkan berjuta makna walu satu huruf.
Berdirilah kokoh walau dunia menjatuhkan.
Layaknya huruf alif .
Tetap sabar dan tegar walau dunia semakin mencekam.
Alif aku uncapkan kembali.
Sebagai penutup doaku ini.
Lewat amin yang paling megah.
Berharap semua doa terijabah.
14,februari 2020
Subang,jawa barat.
Buah karya: Misna saputra widjaya
11 agustus 209
UNGKAPKAN HATI PADA PUISI
Pada setiap aksara yang dibalut perlahan.
Mencoba mengungkapkan.
Pada setiap rasa yang bertumpuan.
Lihatlah penaku menari.
Mencoba bermain diksi.
Lewat suara hati.
Yang ditulis sendiri.
Hingga membuat delusi.
Pada rangkaian imaji.
Mengungkapkan isi hati.
Membuat khayalan pada ilusi.
Hingga mampu menusuk sukma.
Mengoyak jiwa !
Merasuk kedalam raga...
Dari setiap rangkaian kata penuh makna.
Dari setiap kata mutiara.
Mengandung arti dan makna.
Mencoba bermain rima.
Agar terdengar indah.
Disini...
Di tempat ini ,
Aku coba menyibak setiap kata nasionalisme .
Yang menggugah jiwa.
Walau terkadang intonasi tak beraturan.
Artikulasi tak karuan.
Aku coba interpretasi setiap kata yang disusun beraturan.
Walau terdengar gimik dalam improvisasi.
Hingga Mencoba bermain Modulasi
Hingga terdengar melodi.
Yang memekik hati..
Namun dalam sebuah kenikmatan kata.
Hingga berubah menjadi kumpulan satire.
Hingga sampai menyindir.
Sampai membuat sarkas.
Hingga jiwa seakan melepas.
Menuju dunia sastra tanpa batas.
Membalut kehangatan nuansa.
Menggambarkan syair romansa.
Yang begitu melelehkan hati yang ada.
Subang jawa barat 14 september 2019
di buat pada jam 23:21 wib
Buah karya : Misna saputra widjaya
Catur waktu yang berjalan maju.
Kembang kepis detak jatungku.
Saat aku sebut namamu.
Dalam untaian doaku.
Tasbihku berbicara.
Menyeru namamu.
Betapa aku merindukanmu..
Walau diriku tak pernah bertemu.
Cerita dari cerita yang aku dengarkan.
Namun rinduku tak terjamahkan.
Betapa aku ingin bertemu.
Walau hanya dalam mimpiku.
Wahai kekasih Allah...
Engkaulah insan mulia...
Membawa kedamaian sepanjang masa.
Walau ragamu sudah tiadak.
Ya Rasullah.
Sukma ku tertunduk merebah...
Jiwaku melemah...
Air mata jatuh tak terhankan...
Mendengar setiap pengorbanan.
Ya Rasallah...
Pancaran Pancarona mu.
Membawa keindahan di dalam jiwa.
Menusuk seluruh sukma.
Ya Rasallah...
Kekasih Allah...
Salamku untuk mu.
Lewat sapaan doa yang menguntai.
Lewat mulut dan hati yang bertasbi.
Yang ingin menyanjung sang baginda Nabi.
Bekasi kota orang
4 agustus 2019
2:59
Putik yang menguning.
Mekar dalam suasana yang hening.
Semerbak indah bergeming.
Harumnya pecah berkeping-keping.
Pada nuansa Aroma putik.
Yang akhirnya di petik.
Bagaikan hati yang memekik.
Dalam bayangan hujan yang merintik.
Hembusan angin yang semiwir.
Membawa sejuta rintik-rintik air.
Rintik air hujan yang mengalir.
Membawa sepotong daun sampai kehilir.
Kidung fajar di kumandangkan.
Malam yang larut seakan di telan.
Oleh sang waktu yang terus berputar kedepan.
Hingga malam tak terjamahkan.
Mata ini masih tetap terjaga.
Namun rasa gundah dan gelisah tetap ada.
Padamu yang menjamah segala rindu yang ada.
Hingga rindu merebah pada seluruh jiwa.
Dalam sudut ruang penat.
Rindu ini menjerat...
Pada asmara yang menatap penuh harap.
Melarung hingga ingin mendekap.
Ku lihat kumbang
Yang terbang.
Mengudara hingga menjulang.
Kutitipkan salam pada sang kumbang.
Salam rindu dan sejuta sayang.
Padamu yang membuat tidurku tak kunjung tenang.
Bekasi kota orang.
27,juli-2019
Menunggu terbit sang fajar. Misna saputra widjaya
Ikat mengikat.
Di balut kehangatan yang melekat.
Melalui janji suci .
Untuk saling berjanji.
Di ujung pencarian cinta.
Melabuhkan segala rasa.
Mampu menerima segalanya.
Saling memiliki rasa.
Di awali dua kalimat syahadat.
Memulai kehidupan baru yang bersahabat.
Suka duka ingin hidup bersama.
Mencoba Saling melengkapi kekurangan yang ada
Ijab kobul terucap.
Melalui lisan mengucap.
Berjaji sehidup semati.
Sampai akhir hayat nanti.
Jabat menjabat tangan.
Tak terasa air mata berjatuhan.
Duduk berdua layaknya raja dan ratu.
Mengharapkan doa dan restu.
Dari mereka yang datang sebagai tamu.
Dari ujung rambut sampai kaki.
Kini dirimu sudah halal aku miliki.
Dari Doa-doa yang menguntai.
Hanya satu pinta yang di inginkan.
Menua bersamamu .
Itulah harapan dan tujuanku.
Subang,jawa barat 20,oktober 2019
Buah karya misna saputra widjaya
Suara-suara mulai bergumam.
Sajak-sajak pun mulai berhamburan.
Kesunyian membalut nuansa temaram.
Terbentang cahaya jingga merona.
Saat senja mulai menampakan keindahanNya.
Namun datang sekejap.
Pergi tanpa meninggalkan ucap.
Di tempat ini.
Senja sudah mulai pergi.
Meninggalkan jejak-jejak kenangan.
Bersama sepucuk pengharapan.
Malam yang menyambut .
Menggantikan kehangatan senja yang membalut.
Di ufuk senja aku menitipkam salam.
Pada luka yang semakin dalam.
Walau sang angin menyapa.
Dengan sempoyan semiwir membawa rasa.
Namun sepucuk pengharap jatuh.
Pada cinta yang berlabuh.
Pergi tanpa sebab yang tak pasti.
Bagaikan cahaya jingga yang pergi.
Membuat senja berganti.
Pergi tanpa permisi.
Berganti malam yang sunyi.
Senja pun sudah mulai tak nampak lagi.
Di balut kehangatan malam yang menyepi.
Bersama kenangan pahit yang menghampiri.
Tenta dia yang telah pergi, membuat harapan kian mati.
7 january 2020
Subang ,jawa barat
Salam literasi
Buah karya: Misna saputra widjaya
Tepat setelah lampu-lampu dunia di padamkan.
Di tempat itu menjadi satu-satunya persinggahan.
Dari perjalanan kehidupan.
Yang tersisa hanya segelintir kenangan.
Setiap malam jum'at.
Lantunan yasin di bacakan dengan hidmat.
Dari ribuat doa yang di panjat.
Mengantarkan rindu yang sudah semakin tersumbat.
Kini dirimu kekal di tempat persinggahan.
Yang tersisa hanya tulang belulang .
MenjadikanNya sebuah kenangan.
Namun tak mudah bagi angan untuk lupakan.
Melebur mejadi satu dalam kesunyian.
Kini di ribuan pertemuan.
Aku tertunduk meratapi kesunyian.
Menangis di atas pusara penuh cinta.
Mengharapkan engkau bahagia di sisi-Nya.
Subang, jawa barat.
15-january 2020
Buah karya : Misna saputra widjay
Rasa-rasa yang bertumpu.
Dari jiwa-jiwa yang kelabu.
Nestafa yang membelenggu.
Dari setiap hati yang sembilu.
Sudah sejauh mana hati tertanam cinta?
Cinta seperti apa yang di bawa?
Apakah cuman membawa luka?
Atau hanya derita.
Bila cinta hukumnya fitrah.
Lantas hendak bagaimana dirimu menterjemah bahasa rasa?
Untuk bisa membawaNya kejalan yang lilah.
Bila di otak yang terpikir hanya cinta.
Lantas arah hidupmu mau di bawa kemana?
Dari cerita kehidupan.
Banyak luka yang tajam.
Tapi bukan karna cinta.
Yang membuat hidupmu suram.
Laka,liku cerita kehidupan.
Banyak cerita pengantar luka tajam.
Yang bisa jadi karna keteledoran.
Atau karna kesalahan.
Ingat setiap rasa bertumpuan .
Jangan sampai tersesat melewati kabut hitam.
Yang mengantarkan kita kekal dalam keabadin.
Dalam siksa hidup dan mati yang terus berkelanjutan.
Hingga jaman sudah punah dalam kedamaian.
Subang,jawa barat
10 ,maret-2020
Buah karya :
Misna saputra widjaya
Tak mungkin bisa kembali untuh.
Ranting yang patah.
Tak mungkin bisa kembali sama.
Kini bunga-bunga berguguran.
Pohon-pohon berjatuhan.
Hutan-hutan kebakaran.
Binatang-binatang pergi tak kembali.
Adakalanya satu titi kita terpaku.
Satu titik kita tertuju.
Satu tititik kita terjatuh.
Satu titik kita maju.
Satu titik kita berkumpul merangkaul.
Dari titik mana kita akan melangkah?
Langkah seperti apa yang hendak di bawa?
Dari sudut mana kita akan terhenti.
Dan Bergerak maju dengan satu langka pasti.
Lihatlah, Pada ujung semesta.
Kini semesta sudah berhenti berkelana.
Bumi pun sudah semakin tua.
Dan Semesta seakan merajuk duka.
Apa mungkin Tuhan sudah murka.
Dengan segalah tingkah manusia.
Apa alam sudah lelah?
Dengan segala sifat serakahNya.
Lantas harus bagai mana?
Dari titik mana kita memulainya.
Agar semua baik-baik saja.
Dan berjalan seirama.
Sebagai mana mestinya.
Walau dunia sudah rapuh.
Bagaikan di ujung tanduk.
21,maret 2020
Subang,jawa barat
Misna saputra widjaya
Kala mentari datang menyambut pagi.
Dengan bias cahaya hangat menemani.
Setetes embun membasahi bumi.
Membuat sejuk dalam relung sanubari.
Teringat seraut wajah keriput.
Kulit hitam mengental.
Badan kurus tenaga melemah.
Kaki dan tangan menjadi saksi.
Atas perjuangan hidup dan mati.
Iyahlah engkau ibu.
Sosok wanita luar bisa.
Gagah perkasa .
Berani melawan kerasnya dunia.
Demi kita sang buah hatiNya
Hangatnya mentari yang menyapa.
Akan kalah dengan hangat pelukan ibu.
Tiadak lebih indah selain cintamu bu...
Tiadak lebih megah dari kasih sayangmu bu.
Ketika dunia tak lagi berpihak padaku.
Namun engkau mampu memapahku.
Merangkul dengan lembut.
Hingga bahagia terbalut.
Bu saat luka-luka menyebar dan menjalar.
Bu saat jiwaku tergoyah.
Ragaku seakan melemah.
Jalanku mungkin sudah tak lagi sama.
Tak tau arah tujuanNya .
Namun engkau selalu ada.
Menguatkanku dalam setiap cobaan menimpa.
Bagaikan malaikat tak bersayap.
Bu anakmu kini sudah besar.
Namun semakin sulit memahami kehidupan.
Maafkan anakmu bu.
Tak bisa diriku membalas jasa dan berejuta-juta cinta.
Memberikan kasih sayang sepanjang masa.
Bu maafkan anakmu ini.
Sedari kecil cuman menyusahkan.
Terkadang membuat geram.
Dengan segala tingkah nakal.
Bu dapatkah aku menjadi bayi kecilmu lagi.
Saat dunia sudah semakin mencengkam.
Lagi dan lagi aku terjatuh.
Dalam curamnya jalan hidup.
Namun dirimu selalu memberi semangat hidup.
Bu
Saat mulut tak mampu berkata.
Tangan tak mampu menyapa.
Hanya selirih doa yang terucap.
Melalui sholat sebagai pembuka ucap.
21.desember 2019 .
Subang jawa barat
buah karya: Misna saputra widjaya
Semerbak harumnya kembang mawar.
Dan cakrawala yang datang memancar.
Datang Melalangbuana.
Di atas bumi pertiwi kita.
350 tahun Negriku di jajah belanda.
Hasil bumi di rampas olehnya.
Tumpah darah pendahulu ikut berperang.
Tak terhitung jiwa yang melayang.
Demi bangsaku merdeka...
Rakyat korbankan segalanya.
Demi kita Generesi bangsa.
Janganlah sia-siakan setiap detik pengorbanannya.
Inilah Negeriku yang sudah Merdeka.
Yang sudah bebas dari duka.
Yang dulu di jajah, seakan sepanjang masa...
Kini Negeriku sudah Merdeka...
MERDEKA..
Puji syukur kami panjatkan.
Atas setiap anugrah yang di berikan.
Mari kita doakan setiap pengorbanan.
Dan para pahlwan yang gugur di medan perang.
Mari kita lestarikan yang sudah di tinggalkan.
Mari kita jadi generasi yang membanggakan.
Tak pernah luput dari jasa dan pengorbanan.
Untuk kemerdekaan.
Sibaklah catur waktu yang sudah kelam.
Atas setiap detak detik pengorbanan.
Menguras setiap air mata yang jatuh bertumpuan.
Untuk sebuah kemerdekaan.
Subang,jawa barat 16 agustus 2019 di buat 21:12
Salam indonesia.
Salam merdeka.
Selamat dirgahayu Republik indonesia ke 74
Misna saputra widjaya
Melalui luka aku bernyayi.
Namun kau sibuk tertawa dalam sunyi.
Aku bersedih atas kepura-puran.
Namun Tuhan selalu memberikan sandran.
Atas keluh kesahku terhadap luka yang tajam.
Antara aku ,kau dan Tuhan.
Siapakah yang akan membenarkan?
Atas segala upaya yang di berikan.
Namun kau memberi luka yang menghujam.
Dan Tuhanlah yang menguatkan atas kebenaran yang di janjikan.
Kini, aku coba tertawa.
Di atas sebuah luka.
Namun kau terus berpura-pura.
Atas tawaku yang mengguncang jiwa.
Dan sedihku di keheningan malam yang purnama.
Tuhan tau segalanya.
Tuhan juga yang memberikan hidayah.
Atas sejuta luka dalam derita.
Atas deruku mengadu keluh kesahku padaNya !
Antara aku,kau dan cerita yang membawa luka.
Ijinkan aku bernyayi.
Melalui sholawat nabi.
Agar teduh jiwa dan hati.
Atas cinta yang terbalut pedih.
Hingga hilang di sapung angin
dikala malam dingin menyelimuti diri.
Subang,jawa barat.
27,april 2020
Harumnya kembang setaman.
Membawa kebahagiaan.
Dengan semerbak lirih .
Dari segala ridho sang ilahi.
Semiwir angin yang syahdu.
Berhembus mengelilingi cakrawala.
Mengitari seluruh jagat raya.
Dan semesta yang menjadi wadahnya.
إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
: Innamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.
Tuhan ciptakan seluruh alam semesta.
Dari bumi sebagai tempat berpijak.
Untuk seluruh ciptaan yang menapak.
Dan langit sebagi atap.
Maka bila Tuhan sudah berkehendak.
Alam semesta dan seluruh isinya tak dapat menolak.
Apa lagi memberontak!
Dari apa yang sudah menjadi kehendak.
Kepada hati yang tak pernah kikir.
Tumbuhan dan binatang yang melengkingkan dzikir.
berseru, bersujud memuji syukur.
Atas segala nikmat yang tak pernah kufur.
Dari semesta yang menjadi wadah.
Atas bersatunya insan-insan manusia.
Menopang dari segala kebutuhanNya.
Hingga raga kembali ketanah.
Dan jiwa kembali kepangkuan Tuhan yang maha Esa.
Semesta akan tetap sama.
Bila Tuhan sudah menghendakinya.
10,april 2020
Subang,jawa barat.
Misna saputra widjaya
Detak-detik waktu yang berjalan maju.
Menyibak sejarah masa dahulu.
Mengungkap masalalu.
Atas ribuat duka yang menyayat hati sembilu.
Kisah sedih di balik takbir waktu.
Kisah sang buruh aktivis di indonesia.
*MARSINAH* namanya!
Seorang yang pandai membuat jam,merangkai jarup skrup dan roda gigi.
Marsinah hanya seorang buruh di negeri ini.
Setiap hari, setiap pagi.
Pergi kerja untuk menghidupi diri.
Agar tak mati di negeri ini.
Marsinah gemar belajar.
Marsinah adalah organisator terpelajar.
Hingga mampu mengasah lidah agar terlihat tajam.
Hingga terdengar sampai menghujam.
Marsinah dengan gigih dan percaya diri.
Melawan kekerasan pemerintahan orde baru.
Yang membuat hati sembilu.
Hingga arloji marsinah terdengar syahdu
Tik...tok...tik..tok...tik..tok..
Arloji masih melaju.
Dengan syahdunya mengiri sang waktu.
Marsinah seorang gadis yang rajin mengumpulkan keliping dari koran.
Marsinah di bekap,di culik hingga senyap...
Hingga arloji tak berdegap.
Di bunuhnya marsinah oleh orang-orang yang tak berbudi tak punya hati.
Sungguh ironi yang menyayat hati.
Hingga arloji kembali berdetak Tik...tok..tik...tok..tik...tok dan arloji meledak.
Tepat pada tanggal 8 mei.
Pembunuhan Marsinah di awali.
Marsinah di jemput pada hari baik dan bulan baik.
Marsinah di sekap entah kemana...
Marsinah di siksa oleh tangan-tangan.
Entah tangan siapa...
Marsinah di sekap dalam ruang gelap agar senyap...
Hingga detak-detik arloji, tak terdengar lagi.
Marsinah tak berdaya.
Marsinah tak bersenjata...
Hanya gemar mengasah kata!
Hingga tajam terdengar di telinga..
Arloji marsinah sudah tak terdengar lagi.
Senyap!
Di telan sang waktu.
Dan marsinah abadi dalam dekapan sang ilahi..
10,april 2020
Subang jawa barat
Misna saputra widjaya
Di penghujung rinduku.
Aku panjatkan doa untukmu.
Aku sapa lewat sepertiga malam.
Walau malam menjerat kelam.
Di ujung rindu.
Arloji berdetak syahdu.
Balada rindu menghampiri diriku.
Di antara penghujung doa dalam rindu.
Wahai dirimu yang aku sebut dalam doaku...
Yang selalu aku ceritakan bersama Tuhanku.
Mampukah diri ini menunggu...
Walau kadang raga ini merasa rapuh.
Sapaanku lewat angin sendu.
Salamku, lewat doa yang aku panjatkan kepada Tuhanku.
Rinduku akan ku titipkan pada rembulan yang merona.
Harapanku sederhana,
Hanya ingin menua bersama.
Dalam ridho Tuhan yang Maha Esa.
Bekasi kota orang.
1 agustus 2019
Misna saputra widjaya
Aduhai mahligai bahtera cinta.
Membelenggu insan manusia.
Menjadikannya sempurna.
Indahnya.
Pekat
Menjadi terikat.
Dalam satu sekat.
Yang sudah menjadi qodrat.
Aduhai bahagianya insan manusia.
Cinta telah sempurna.
Bahtra perkawinan.
Selamanya.
Tuhan.
Memberikannya cinta.
Kepada semua mahluknya.
Semoga semuanya menjadi lillah.
3, april, 2020
Misna saputra widjaya
Teringat kisah yang lalu.
Kisah masa-masa dahulu.
Ketika kita bersatu.
Dalam langit biru.
Canda dan tawa selalu.
Mengiringi setiap jalan hidupku.
Bersamamu duhai sahabatku.
Tak terkira kini berlalu.
Sahabat masih ingatkah.
Kenangan kita dahulu.
Bersama kita arungi semesta.
Melawan kerasnya dunia.
Sahabat aku rindu.
Akankah kita bisa bertemu.
Berbagi cerita seperti dulu.
Walau raga sudah tak mampu.
Berdiri seperti dulu.
Ku buat puisi-puisi indah.
Menggambarkan semua rasa.
Betapa aku merindukanNya.
Duhai sahabat tercinta.
Subang,jawa barat 3 April 2020
Misna saputra widjaya
Angin teduh bergerak kehilir.
Dengan cerita siamatir.
Mengungkap melalui melodi syair.
Mengendap-endap takbir.
Negeriku punya cerita.
Yang selalu dilanda bencana.
Mengguncang ribuan umat manusia.
Yang kini tersirat takbir duka.
Menyibak takbir waktu.
Yang terlah berjalan maju.
Tentang bencana alam yang membuat hati sembilu.
Tentang air mata yang jatuh di pangkuan ibu.
Aceh yang hilang alam subur makmurnya.
Ditelan ombak yang bergulung.
Selat sunda yang kehilangan pantainya.
Menelan puluhan jiwa.
Berserta musi-musi yang ternama.
Gunung merapi yang meletus.
Yang membuat alam semakin pupus.
Teringat dalam benak.
Ketika Puluhan mahasiswa teriak.
Menjerit akibat gas air mata di makasar.
Papua yang kehilangan Tuan tanah.
Di negeri sendiri.
Para politikus yang menggerogoti bangku Negeri.
Kini wabah bencana.
Tak kasat mata melanda.
Di Negeri kami tercinta.
Ribuan jiwa kini sedang di pertaruhkan.
dan begitu banyak bencana dan musibah melanda.
Siapa lagi yang akan menjadi perdebatan?
Siapa lagi yang mendengar deru kami?
Di keheningan malam,
Yang menyambut sepi.
Kami rindu kedamaian di negeri.
Kami rindu bercanda berbaur mesra dengan kerabat.
Kami rindu senyum ibu pertiwi.
Kami rindu kepakan sayap burung garuda.
Terbang tinggi bebas,
Lepas, tanpa batas.
Kembalikanlah senyum di Negeri ini.
Kembalikanlah rindu-rindu kami.
Pada kecintaan di tanah ini.
Hingga kami pulang nanti.
Dan ibu pertiwi bisa tersenyum manis,
Diatas bumi ini.
Subang,jawa barat 2,april- 2020
MISNA SAPUTRA WIDJAYA
Tersirat dari sebuah rasa.
Rasa-rasa yang menjadi gundah.
Bernaung dalam lautan rindu.
Bersama angin asmara yang menggebu.
Satu titik berjuang karna cinta.
Hanya bertujan berlabuh pada bahtraNya.
Bersama sebuah keperyaan yang ada.
Hingga semua rindu menjadi nyata.
Namun kini semua berubah.
Hilang semua kepercayaan.
Hilang semua kerinduan.
Hilang sebuah keyakinan.
Hanya karna tak mampu bertahan dengan segalanya.
Masihkah sanggup bertahan.
Atas sejuta luka yang datang beruntunan.
Sedangkan aku tau semuanya.
Hanya kepura-puraan semata.
Tak sanggup menyanggah sebuah kepercayaan.
Tak mampu bertahan.
Hanya karna jarak .
Yang hanya menjadi penghambat.
Dan aku tak bisa setiap saat ada.
Dalam duniamu seutuhnya.
Hanya saja aku memilih diam.
Karna dengan itu Caraku bertahan.
Agar hubungan kita tak berujung perpisahan.
Melihat kenyatan.
Bahwa ternya diam-diam.
Dirimu bermain api.
Diam-diam berpaling rasa.
Pada dia yang datang hanya mengisi kekosongan.
Namun aku hanya bisa tersenyum.
Menahan luka yang mendalam.
Hingga aku sadar dengan semuanya.
Caramu bermain cinta.
Membuat luka.
Tanpa menyakiti hati dengan duka
Dan aku pulang dari kerasnya berjuang.
tanpa adanya nama cinta dan membawa luka.
31,maret 2020
Misna saputra widjaya
Melalui doa sebagai obejek kami berteduh.
Meminta ampunan atas segala dosa yang berlalu.
Dan lewat sembahyang kami bertemu.
Sebagai pelantara agar dapat rahmat dan ridhoMu.
Doa dan tasbih yang bergeming.
Melalui suara merepih.
Caraku berbaur mesra.
Bercumbu bersama Tuhan yang masa esa.
Sesungguhnya sembahyaku.
Menyelamatkan imanku dan juga perbuatan mungkar.
Sembahyangku kelak akan jadi saksi.
Dan akan menyelamatkanku dari hisabku.
Sembahyaku merangkulku.
Agar terhindar dari Hawa nafsu.
Inna sholaati wa nusuki wa mahyaaya wa mamaati lilahi rabil' alamin.
Sesungguhnya sholatku.
Dan selurh dzikirku.
Hanya untuk Allah semata.
Tiadak yang lainnya.
Bilamana tiba waktunya.
Nafas sudah di ujung hela.
Maka ijinkan kami mengucap.
Untuk satu kalimat.
: la ilaaha illalah muhamadar rasullah
Untuk menjadi saksi.
Bahwa hidup dan mati.
Sudah menjadi kehendah sang ilahi.
Dan sembahyangku untuk bekal nanti.
Subang,jawa barat 31,maret 2020
Misna saputra widjaya
Dar,der,dor.
Suara kebisingan melanda gundah.
Jerit menjerat mengundang gelisah.
Kegaduhan di mana-mana.
Berkoar sesuka hati mereka.
Usik mengusik.
Di kediam ini terusik.
Berteriak mengundang keributan.
Semua orang di kumpulkan.
Jilat menjilat.
Ludah sendiri di jilat.
Agar dirinya terlihat hebat.
Mulut komat-kamit
Biar di anggap berbakat.
Tuan mau sampai kapan ngomong terus.
Bagaikan anjing menggo-gong.
Meminta makan kepada sang tuan.
Agar tak kelaparan.
Tuan.
Tuan...
Tuan!
Mari duduk di sini berliterasi.
Memanjakan diri dengan lantunan diksi.
Sudahi orasi.
Membuat bising saja telinga ini.
Orang diam bukan berarti bodoh.
Orang bodoh bukan berarti diam saja.
Oh Tuan orang pintar.
Tolong jangan salah langkah dalam melingkar.
Tuan
Mari diskusi dalam diam.
Sudahi tong kosong .
Atau memang isi kantongmu sedang kosong.
atau hanya pamer isi otak kosong.
Atau kesombongan.
Oh tuan pintar atau sok pintar.
tapi tidak mau di benarkan.
Belagah bijak hanya untuk menutupi kesalahan.
Atau menutupi kebohongan.
Hahaha
Mari Tuan sudahi.
Seduh kopi hitam.
Untuk menemani malam.
Agar hatimu tidak guncang.
Hanya karna ingin tenar dan di pandang orang.
Revisi 30, maret 2020
Subang,jawa barat.
Buah karya: Misna saputra widjaya
Anak langit yang jatuh berupa air.
Jatuh menyusuri sampai kehilir.
Suara germicikNya pun bagaikan syair.
Dan Menari dalam dekapan takdir.
Anak bulan yang jatuh kehilir.
Dan penanggalan-penanggalan yang mengungkap takbir.
Bahwasanya satu bulan lagi ramadhan akan hadir.
Namun murka Tuhan masih menjadi takdir.
Mahluk kecil mungil namun mematikan.
Membuat gentar seluruh jagat raya.
Dari jeritan para penghuni semesta.
Yang mananya sedang di landa wabah bencana.
Teguran atau peringatan untuk seluruh mahluknya.
Mereka Meringkuk dalam dan menuju keabadian.
Jeritan dalam setiap qolbu di hati.
Berharap segera berhenti.
Dan menikmati ramadhan yang di nanti.
Harapan, pujian dan doa terpanjat.
Lewat tetesan air mata yang mengalir .
Membasahi disetiap sujud kami.
Berharap duka lara dalam dunia segera sirnah.
Dan penghuni semesta berteriak syukur .
Atas kebesaran Tuhan yang maha agung.
24,maret 2020
Subang, jawa barat
Misna saputra widjaya
Komentar
Posting Komentar