Pranala ( link ): https://kbbi.web.id/puisi puis 1i/pu·i·si/ n 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak; -- bebas puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik; -- berpola puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain; -- dramatik Sas puisi yang memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang; -- lama puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal; -- mbeling sajak ringan yang tujuannya membebaskan rasa te...

Puisi karya RIDH

Aku Bukanlah Saya

Oleh :
 Muhammad Ridwan

Aku sepasang bahasa yang ditulis oleh jalan raya
Lalu di tafsirkan berbagai agama suku budaya
Aku tubuh kecil individu di dorong dalam ranah kolektif
Adalah mereka yang simpang siur dengan terjemahan konsumtif

Aku kehilangan dunia pulang
Telapak kaki mulai takut semua hal berbau rumah
Mungkin atau pasti jadi taruhan seisi kota,
Secuil relevansi terbingkai semu dalam biografi__ (saya tidak mati)

Sebagian dari mereka singgah
Aku tak pernah ada
Keluargaku pohon serta nyanyian burung
Rantingnya gelitik kuping mengalihkan dari suara bising

Saya sungai mampu menjamah tubuhmu
Saya gunung dengan sejuk tiup sepoi rindangku

Dengan sinarnya hitam menjadi hijau
Aku adalah saya yang berpura pura
Aku tubuh kecil individu di dorong dalam ranah kolektif
Adalah mereka tetap simpang siur dengan terjemahan konsumtif

Trenggalek, 9 Oktober 2019




MEMBELAH DIRI

Oleh :
 Muhammad Ridwan

Mempadikan diri untuk sawahnya demikian aku bersungguh
Untuk kekecewaan rasanya belahan ini sudah tak berhuruf

Hijauku kau elus dari singgasana seberang pulau
Waktu menguning tak kau tuai nampak liarnya gurau

Aku pelajari subur tanah lalu kau menuli lebih membuta
Melihat sebatas berdiri
Berisi padat menunduk tak dikata

Rinai di kemudian harinya hari penuh semangat
Meledak dalam sebuah kamus tata bahasa

Inilah saya seminggu yang lalu aku telah bunuh diri
Maksudku jangan menuai diri yang masih benih

Kutunggu sendaumu bukan kini tapi untuk selamanya
Maksudku belahan ini sudah tertata untuk huruf dan bahasanya

Surabaya, 19 Oktober 2019




Karena matamu

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Kemarin kau berucap ingin menikahi kalimatku
dengan sejumlah nisan yang kupesan untuk namaku sendiri
Kita bersama menggendong dalam liang mengantar tubuh kecilku

Antara sekedar puisi dan kesunyian tak jauh beda
Slogan gelap terasa indah karena bola matanya masih tergantung mengitari peti kemas dagingku

Dua pilihan hanya satu dapat kunikmati dengan tersebut
sudahlah merdu burungku tak terdengar lagi suaranya
Apakah "terlanjur" jadi kalimat prinsip yang masif

Bangunku hari ini agak pagi
rindu pahitnya kopi
atau ingin melihatmu diantara terjaga dan lelap
Lupa akan uban di rambut menjadi gemuruh penat

Aku ingin menghapus terlanjur jadi kalimat lain
dan "tersebut" yakni matamu
Kita bersama menggendong dalam liang mengantar tubuh kecilku

Surabaya, 21 Oktober 2019



Pejalan Kaki si Lebah

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Waktu andap partisi kelam
Terangkai rampak membilur getir
untuk mekar bunga yang menyajikan madu hitam

Yekti ndalu hening lautan debar dari kantung jantung cemas tak sanggup lelah dengan apa sama dengan

Yang di tunggu salju
sambil menimang nimang ragu mengulum belukar atas dasar jiwa batu
samun ruang bergeliat cambuk
gejolak geming ngleling rindu
di sudut sapta yang datang cuma tiga

Bukan tak lagi dengan dangkal
dengkul kopong yang masih juga mengajak berfantasi
bukan dengan ketika atau tidak
aku dan sehelai rambutmu bermimpi dalam kolam yang tak beriak berair

Sudah sudi diam diambil pengambil tak merasa mengambil

aaah..... aku harus lurus demi liang kesendirian nanti
Kuberi setetes lagi agar dia rela kembali mengambil apa apa yang tentu bukan punyaku

Aku sudah mati beberapa kali
menunggu hidup yang tak hidup hidup
yang di tunggu salju
menimang nimang ragu
Waktu munggut kolonial jadi sayap sayap rasa
demi mekar bunga yang menyajikan madu merah

Surabaya, 8 Maret 2017




Relung dumilah

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Sebuah lorong tak tembus ada besar pelita
Dia pemberi apapun atas segala
Pimpin ubun lewati bulat dunia
Tugasmu akal demikian bukti sang maha
Kita berkendara melewati lubang jarum
Dari lubuk relung sarang penyamun

kepada semua hati sesungguhnya hanya satu
Aku adalah saya yang berpura pura
Suatu hubungan melebur dari ada puncaknya tiada
Cemburu lebih penting dari adik manis yang datang menggoda

getaran gelombang lapisan terasa lembut
mengayun dengan busana indah mudah enak dipandang
Diamlah lelaki setengah baya
Melangkah terjinjit tanpa suara

Memasuki laku lalu saya dan Dia menghentikanku
Sampai depan pintu tak jadi mengetuk
Selepas ketiadaanku pentingkah lagi aku menulis
lantas saya ini kasih dan sayang

Ing dalem sawiji kekasih berbisik jelas sejelas beduk dhuhur jam dua belas
seterang siang mentari berada pas diatas kepala

Melihat adalah ujian sangat berat
Saya adalah Dia yang berpura pura
Dan senyum menghiasi waktu
Ketika ingat ini adalah rotasi lelucon
Ketenangan bukan sunyi ataupun sendiri dia bersifat tak terhitung namun senyawa

bagiku sumatera jawa adalah satu titik tempat tak ada jarak
ini hanya contoh sebuah kalimat
kau bisa mengubah jadi tempatmu
Kepada semua hati aku berharap semoga tak mengerti

Istana Merpati, 20 november 2019



Cerita dari gunung

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Pola mengakar mengukur
merubah kadang rusa jadi rubah
Sila mangku memangkas
merebah nyebar nimas

Lahar semburat rongko
Pertanda wecaning ongko jadi songko
Bercinta dengan angan
seperti yang tidak atau yang iya....
yank..?

Kata suara lelaku lelaki berhenti
pada tanda iba bukan benci
Sadar menyadari sabar
bakar setengah matang di angkat ambyar

Garis buta arah melingkar
poros tengah tak lagi acuan
merubah kadang rusa jadi rubah

Trenggalek, 27 september 2019




KITA DAN KEPADA

Oleh: 
Muhammad Ridwan


Datanglah kepada
mereka tersandung harum tembakau kita


Sabda demi sabda di tebar seolah paling benar
kepada hanya diam dan memanggilku bang

Lirihmu selalu terngiang membentak sanubari
Entah kepada aku menghiraukan kemana
sedang kau masih di bawah rembulan yang sama
Mungkin maksudmu tak begini
tapi dari lusinan gelas kotor bekas kopiku jadi merasa begitu


lantas siang menjadi jam mimpiku
karena hal yang bersangkutan dengan hati
hanya Dia yang tahu

Dua indera yang mencumbumu tapi nampak lima
Seakan aku sudah tumpah tak tersisa
jika ada kepada datang

Kau jujur barangkali manisku menghalangimu untuk berdusta
Dan kau panggil aku bang

Sidoarjo, 19 September 2019



Persinggahan dara

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Bulu Merpati yang kusimpan dalam lempitan buku
Di halaman 29  hari selasa kemarin
Hari minggunya jadi lembu
dan sekarang hari sabtu

Dalam lemari menyimpan buku terdapat rumah-rumah kecil kumpulan bulu
Dara kini tak kesepian
Hatinya ramai oleh mainan dinding

Bersuka dengan perintah otak
Ke si bukan merapikan buku-buku
Lalu dara letih dari penuhnya bahagia di dada

Tak merasakan hari minggu berlalu
Masih tetap merapikan buku
rumah-rumah kumpulan bulu
Selalu bersih dari siratan debu

Surabaya, 20 september 2019




Cintaku Cinta Surgawi

Oleh: 
Muhammad Ridwan


Parasmu fana yang kekal adalah jiwamu tuk kucinta
Takdir tertulis aku menulis surat menyurat bak kekasih yang jarang singgah

Kikis keutuhan gugus keibuan, terbungkus kultur tak berbekas.
Tak mengharap sempurna demi purnama yang melihat waktu bias

Ratapan di rayakan kebahagiaan di tangisi
Ingin di cinta saweran jadi tradisi
Bumi berputar...memang
Tapi dunia tak terbalik
Aku hanya mengintip dari celah bilik

Jika ikhlas suka duka tak ada beda
Di puncak bahagia kau akan tertawa, di puncak tawa kau akan mengeluarkan air mata.

Ku berjuang dan berserah untuk kasih ini kisah
Takdir tertulis aku menulis surat menyurat bak kekasih yang jarang singgah


Surabaya, 01 Juni 2019



Perjamuan terakhir

Oleh :
 Muhammad Ridwan


Segelas senyum yang kau berikan tak mampu kuteguk habis
Seolah aku berada dalam bis bermuatan tiga ratus penumpang
Atau mungkin cacing dalam perutku sudah kenyang

Nadi nadi berdenyut lumpuh
Peristiwa lenyap berubah isu

Kertas jadi tumpukan lusuh
Gerimis cikal basahnya tissu

Dia makan hanya berupaya tidak sakit
Dia minum hanya berupaya tidak pingsan

Meja perjamuan masih berdesakan
Banyak minuman makanan
Ingat kasih yang di tinggalkan
Dia menebus untuk tidak makan


Surabaya, 22 september 2019



Bukan ingsun

Oleh : 
Muhammad Ridwan

Liang pendam rindu
Denyut ekstase telan kelam
Bulan depan kita madu
Dari sisa sari malam

Syarat kembang bukan?
Siak hadir di siang
Terik panas di gelap
Duh Gusti ayu jelita

Sekian tunggu mustajab
Dari sepoi lantun doa 
Belum ada tanda-tanda
Aku minum arak

Jawab hadir dalam diri
Ketika tahu sadar hilang
Aku setengah telanjang
Tetap minum arak

Sidoarjo, 25.02.2020


Rembulan sore hari
Oleh :
 Muhammad Ridwan

Dalam inginku yang sederhana, 
dia mendengar lalu mencipta kalbunya di tiap ingatanku;
Mahligai menumpuk di atap-atap rumahmu menunggu runtuh.

Sedalam lubuk pasrah basung diubah menjadi pohon jati perkasa,
Peristiwa mana yang lebih syahdu selain nyruput bibir indahmu.
Bukan singkat atau sekian lama, 
jika aku tak berkehendak itu waktu akan sia-sia. 
Lihat langit kamarmu tersenyum 

Tekadku terbungkus koran yang tertera berita banjir ibukota, 
demi rela cantikmu tak sanggup merobek walau mudah tersobek. Gerimis sore tak jadi hujan

Tergenang yakinmu mengambang, dideras derai mata air lututku. 
Mana ada waktu yang tiap detiknya lebih lambat dari itu; 
suaraku menulis di kening kuning langsatmu, 
seketika kau terpejam hening dari ramainya sepi. 
Sang bintang bingung harus terima kasih atau berlari

Sidoarjo, 02.03.2020


Deru empat perkara 
Oleh: Muhammad Ridwan

Berbenah pada lubang-lubang jalan 
batu tumpukan roboh oleh derai pijakan.
Kaki-kaki tidur di sisi para pengepul 
Segudang target dilumatkan pada keranjang di pundak terpikul.
Kedangkalan pikir diukir oleh pemain yang siap memukul,
Menebar aroma rindu fatamorgana dari merdu.
Cerita panas jerit konsep birahi sengit.
Gemericik mengalir suara dosa keluar dari android.

Mengaku pecinta hujan membuat jalan pada berlubang.
Menanti diujung banyak tikung, maksud untuk tujuan hati digantung.
Tujuan diurai maksud; halu yang badung.

Lamunan liar suburkan niat hati rimba,
berdesis selayak kepakan kupu-kupu hampir tak bunyi.
Kesengajaan membuai di radio-radio bualan di santap cacing lemah, pilih satu bertinju atau berkemah.
Adakah sanggup membangunkan igaunya?

Sidoarjo, 18 Mei '2020



Puisi belum jadi
Oleh :
 Muhammad Ridwan

Diterima kidung pujian temperatur tak menentu dari grafik mulut, kubasahi bahagianya dengan embun kasat mata. Jika mampu hanyutkan dulu ditepian, jemariku bukanlah mereka yang lahir di tengah telaga lalu mudah tenggelam. Asap tembakauku menguning

Pola pandang yang kutanam dalam tidurku menjadi mimpi buruk,
Tiap kutengok mereka membangun mimbar di kepala dengan tekanan dan dentum yang keras. 
Putaran detik seperti mainan, bukan jadi kualitas dari pengalaman.
"Jangan mencurangi cinta"

Pagi masih amat jauh katanya, kesenangan kecil adalah hidangan sehat untuk dada tegap. 
Benang melingkar berulang pendengar sulit menarik kesimpulan.

Aku bekukan segala risau, semua akan lebur di titik yang sama.
Sementara kuasku bercerita: Jalanan telah menggugurkan teori, jutaan debu meninggal dibahu jaketku. 

Bunga-bunga layu sederhanaku pingsan dilayat kumbang.

Surabaya, 7 Juli 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN PUISI MENURUT KBBI