Pranala ( link ): https://kbbi.web.id/puisi puis 1i/pu·i·si/ n 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak; -- bebas puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik; -- berpola puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain; -- dramatik Sas puisi yang memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang; -- lama puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal; -- mbeling sajak ringan yang tujuannya membebaskan rasa te...
Lukisan aksara pena hitam
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BENCI DI BALUT RINDU
karya:
PenaHitam
Tenang namun menghanyutkan
Tetesan air hujan bagai pisau tajam
Pelan namun terasa menyakitkan.
Rasaku seperti kopi hitam
Manis namun penuh kepahitan
Di atas gelas mengepul asap kerinduan
Namun penuh kebencian
Perasaanku bagai kertas putih yang di balut tinta hitam
Penuh dengan goresan pena yang berisikan aksara-aksara
Ibarat sebuah korek yang menyala
Maka hati ku adalah roko yag di bakar
Beraromakan kesakitan
Malam ini kunikmati suasana hujan
Yang penuh dengan kesunyian
Merasakan benci di balut rindu
Berteman secangkir kopi hangat
Menantikan pajar di pagi hari.
Coretan PenaHitam
Bogor malam 08.07.19
8 bait kita
karya:
PenaHitam
Cerita dalam waktu
Bertemu bersimpu malu
Satu pertemuan dikala itu
Kau dan aku duduk sebanggku
Awalnya hanya kenyamanan
Lalu di biarkan berjalan tanpa tujuan
Sedikit perlahan perasaan ku tumbuhkan
Disimpan tak disampaikan
Kian hari terasa jenuh
Kau dan aku seperti jauh
Entah apa sebabnya,aku tanpamu rapuh
Bagai daun kering yang siap jatuh
Sempat merasa kehilangan
Hingga sampai perasaan
Tapi serasa di acuhkan
Seakan tak di perdulikan
Kau lontarkan pertanyaan
Kujawab dengan lisan
Satu-persatu kujelaskan
Tapi aku terus disudutkan
Dilihat hanya permukaanya
Tanpa kau telaah sebelumnya
Kau tuduh aku semaunya
Pada kenyataannya kau salah melihatnya
Ku pertanyakan tetang kelanjutan
Namun bukan jawaban yang didapatkan
Melainkan pertanyaan dikembalikan
Aku terdiam kebingungan
Bersikap tidak perduli
Karna hati tidak di hargai
Jika tidak ingin menjadi
Baiknya lekaslah pergi
Sebab hati butuh pasti
Bogor tengah malam
Jum'at berganti sabtu
30-ags 2019
Diatas kertas
ku sebut keajaiban
karya:
PenaHitam
Sempat ada kamu dan aku
Berjalan bersama menyusuri waktu
Seiring sejalan berlalu kau dan aku tak menyatu
Prihal halu jadi sebab cemburu
Baik-baik di bicarakan
Berharap bukan perpisahan
Sebab ada perasaan yang menunggu temu untuk di sampaikan
Penjelasan diberikan dengan isi kenyataan
Bukan sekedar alasan
Melainkan pemikiran pendewasaan
Tapi ego yang di besarkan
Satu pikiran sembilan perasaan wanita di ciptakan
Lebih mengutamakan perasaan di banding pikiran
Dan yang didapatkan rasa sakit yang dirasakan
Lalu menyalahkan,pada kenyataan ia sendiri yang menciptakan
pinta mu untuk kembali tanpa ada rasa
Lebih baik beteman saja
Berbicara memang mudah bagai minun air ludah
Ku terima keinginannya sebab aku mengalah karna pasrah
Membisu dan mengasing
Sendiri di keramaian yang bising
Telinga berisikan suara-suara nyaring
Aku butuh tempat yang hening
Berdamai dengan hati sebab harap tak menjadi
Jika mungkin akan kembali pada rumah yang sempat di singgahi lalu di tinggal pergi
Akan kuterima kembali sebab dalam hati perasaan masih terpatri
Aku menunggu mu disini dengan dua gelas kopi di saksikan senja sore ini
Malam menunggu senja pulang
Sebab bulan akan hadir memberi penerang
Untuk orang yang akan kembali pulang
Lihatlah langit yang berhias bintang
Karna itu akan membuat mu senang
Bogor,
Minggu menuju malam di tempat tenang_
01 September2019
sssstttt
karya:
PenaHitam
Dalam ruang aku sendiri mengenang hal lalu yang pernah terjadi
Kau sempat menghiasi hati, mengisi hari-hari
Selalu membuat imajinasi ku tertuju padamu, jika kau ingat prihal kopi
Yang membuat hal sederhana jadi berarti
Kini aku merindu sendiri dalam ruang sepi
Perjalanan yang kandas
Melepas untuk ikhlas
Merindu bukan untuk memelas
Hanya sekedar mengingat hal yang lawas
Ingin sekali aku menolak rindu ini hadir dalam hati
Sebab rinduku tak kan pernah berarti bila aku merindu hanya sendiri
Bukan aku memintamu merindu kembali, kepalaku sekedar mengingat apa yang pernah terjadi
Jika ku ingat kembali kopi sebagai imajinasi penggambaran diri
Aku hanyalah kepahitan dalam dirimu
Hanya menumpang manis pada hatimu
Sebagai perusak perasaanmu
Dasarku mengenal mu hingga sampai pada bertemu
Sebab aku memiliki tuju padamu
Tapi apa yang jadi tuju harus berakhir semu
Sebab curigamu yang membuat cemburu menggebu hingga kau meragu dan kau memlilih untuk tidak menyatu
Kini kita mengasing untuk kembali pada diri masing-masing
Berusaha untuk tidak mendengar suara yang nyaring
Kita berada pada tempat yang berbeda namun nuansa yang sama "HENING"
Bogor
05 september2019
Menjelang tidur
Jeritan sang pendiam
karya:
PenaHitam
Aku yang terdiam
Aku yang bungkam
Aku yang mulai geram
Mereka-mereka
Menerka-nerka
Cerita-cerita yang tidak-tidak,tidak ada
Aku kau jadikan tersangka,seolah aku adalah penyebabnya
Aku diam bukan tidak melawan
Aku memperhatikan kalian
Dalam diam kulihat kelakuan
Begitu menjijikan lisan-lisan
Memperingatkan kepada orang-orang
Kau menunjuk aku adalah wanita jalang
Yang suka merebut kekasih orang
Kurebut beneran baru kau rasakan sekrang
Kedekatan ku tak lebih dari seorang teman
Yang ku cari sebuah persaudaraan
Namun kalian menganggapnya berlebihan
Dan aku ternistakan
Jiwa dalam rasa beradu asmara
Jiwa penuh logika
Mata-mata manusia menerka-nerka
Sulit tidak percaya gila-gila pikirannya
Apa ingin kalian?
Menjatuhkan?
Menghancurkan?
Atau membunuh secara perlahan?
Suara-suara
Salah mengira
Menerka-nerka
Dari cerita-cerita yang tak pernah nyata
Hati-hati suara pendusta ada diantara kita
Termakan omongan menjerumuskan
Jangan dekat-dekat dia pandai memikat
Mereka-mereka ada
Mereka-meraka menjelma
Bukan manusia
Iblis yang sempurna
Bogor.
Senja selepas hujan
Rabu. 16 oktober2019
Aku , Bayang, Cermin, Khayalan
karya:
PenaHitam
Biarkan aku sendiri dalam ruang sepi
Aku senang dengan sunyi
Untuk apa disini?
Bersimpati,pura-pura perduli
Mengambil hati atau hanya sekedar basa basi
Aku sedang tidak bersedih
Tidak pula merana hati
Hanya mencari arti pada diri
Saat imajinasi muncul lagi ku teguk segelas kopi
Bukan aku mengingat masalalu
Karna aku tidak terbelenggu dengan itu
Aku gila?
Mungkin saja tapi bukan karna cinta
Akau tidak waras?
Tak apa pikiran ku luas di bandingkan menjadi waras
Sudah jelas?
Apa belum puas?
Masih ada yang mau dibahas?
Mengapa menatap ku sangat dalam?
Kok diam?
Kehabisan kata-kata?
Sudah tak sanggup bersuara?
Ditanya malah memalingkan muka
Sudah;pergi....
Ta kan ada habisnya jika disini
Siapa aku dan siapa diriku tak kan ada yang tau
Bagaimana aku dan bagaimana diriku
Aku yah aku bukan aku
Bogor.
Rabu, 18 september2019
KELUH KESAH KU
karya:
PenaHitam
Terkadang aku bingung
Mengapa aku tak seberuntung mereka
Begitu mudah menjalani hidup
Begitu banyak jalannya dalam melangkah
Sedangkan aku untuk berjalanpun susah
Tak ada yang memapah
Kawan bisa jadi lawan
Kawan bisa menusuk dari belakang
Pasangan bisa meninggalkan
Keluarga bisa membiarkan
Disaat kita kesusahan
Tak ada uluran tangan
Semuanya meninggalkan
Aku terabaikan
Apa aku dilahirkan hanya untuk sendirian
Menikmati hidup yang begitu panjang ,penuh dengan kesusahan
Disaat mentari bersinar terang
Dan aku hanya berteman bayang
Arah yang tak memiliki tujuan
Hidup penuh dengan kegagalan
Aku duduk terdiam menatap kekosongan
Menunggu datangnya terang
Dalam angan-angan yang penuh bayang-bayang
Lukisan aksara kita
Kopi hitam penuh cerita
Kota hujan, 23 july 2019
Pulangnya senja(duka diterbit fajar)
karya:
PenaHitam
Ditengah senja berpulang
Ada kata pamit yang terngiang
Kau palingkan pandang
Tanpa melihat lagi kebelakang
Tertunduk pada tepian mega-mega
Yang menghiasi langit dan samudra
Setetes air mata jatuh ketanah
Tetes itu seperti darah
Ia yang sendari tadi menunduk
Kini mulai terduduk
Menatap gelobang yang berarak bimbang
Ia mulai merasa ada hilang hati seakan gersang
Mulai termenung pada malam
Ia tak beranjak dari tempat perpisahan
Desir ombak menghantam tepian pantai membawa buih yang menandai hati yang ditinggal pergi
Membisu dalam keheningan
Bergumul dalam diri yang berisi emosi
Lalu ia memutuskan untuk pulang dengan membawa bayang
Tanpa pernah khawtir bawah itu akan menjadi sebuah kenang
Ditengah perjalanan keramaian bukan sebuah penenang
Timang-timang bayang yang hanya membuatnya senang
Ia mulai berkata dan bersuara dari banyaknya tanya serta terka gila
Bahwa yang pergi hanya tumbuh yang berjalan dengan kedua kaki
Bukan perasaan dan hati yang sudah diberi lalu tanpa mengambilnya kembali
Meski hanya bayang yang tersisa ia menikmati dan membuatnya bahagia
Setelah malam hampir habis dimakan waktu ia mulai terpaku
Terpejam mata yang memancarkan kebahagian itu
Fajar meninggi mata terbuka lagi meronta-ronta rasa sakit menjelma pada rongga dada yang mulai terbuka
Terengh-engah emosinya membuncah tanpa ada yang menahannya
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Tetes air mata dengan isakan duka benar-benar menjelma
Tersadar bahwa semua telah tiada dan tanpa tersisa
Hanya sakit yang memenuhi dada
Akibat kepergian yang membuat ia senang sementara dan tersadar bahwa itu adalah luka
Setelah semua berlalu dan seiring berjalanya waktu
Rasa pilu yang dulu kini menjadi senyum palsu
Berusaha tergar dalam keseharian menyembunyikan luka yang dalam meski tidak lekang dari ingatan
Melupakan tanpa memaksakan dan percaya kepada Tuhan bahwa kesakitan hanya ujian sebab itu jalan untuk menuju kebahgaian
Senja dihari minggu
Kota hujan ku
Minggu, 23:11
23.02.2020
Asmara, Maya, Logika
karya:
PenaHitam
Saya terpenjara dalam sebuah dunia
Mencari waras pada maya
Kalimat-kalimat mesra bertabur dimana-mana
Seperti hanya permainan kata yang jadi tidak berguna
Saya berlogika
Tentang asmara pada maya
Saya bertanya tentang apa dan mengapa
Terlalu banyak yang terluka;sedikit yang bahagia
Sudah tak terhitung jumlahnya bahkan melebihi waras cinta sejatinya
Perasaan seperti apa yang membuat seseorang ingin jatuh cinta jika luka yang didapatkannya
Bukankah semua itu memiliki rupa dan wujud raga nyata
Tapi ini bukan prihal yang maha kuasa
Ini perihal ciptaan-NYA
Kembali saya berlogika
Mungkin saja ini sebuah jalan untuk memiliki kebahagiaan
Atau hanya jalan untuk melepas kesedihan dari luka dikenyataan
Lagi-lagi sudut pandang yang berbeda hadir dalam benak saya
Hati manusia memang tidak bisa diterka dan berbeda-beda tapi ini masih tanda tanya
Lalu dimana bentuk cinta yang sesungguhnya?
Bagaimana wujud perasaanya ?
Seperti apa hatinya?
Lalu apa tujuannya?
Jika sebuah suara dan kata mampu membuat jatuh cinta
Mengapa harus ada nyata pada dunia
Lagi-lagi ini prihal hati dan perasaan manusia
Lalu apa itu sebuah kewajaran pada cinta dalam diri manusia
Saya berpikir untuk diri sendiri karna saya mencari arti pada dunia ini
Sebab saya hanya sewajarnya manusia yang memiliki isi kepala
Dan sewarasnya saya dalam sebuah cinta
Karna saya juga memiliki hati karna saya ingin mengerti pada dunia kali ini
Mendung di kota hujan
Sabtu.
22.02.2020
Derita dihujan yang tak henti (cincin yang terluka)
karya:
PenaHitam
Yang mengalami hal serupa
Rasa sakit yang menimpa
Rasa kecewa yang menjelma
Membuat diri menderita
Karna cinta yang didusta
Kenyataan terkadang tidak menyenangkan
Ketika aku harus menerima keputusan
Dari banyak cerita yang kau sembunyikan
Yang akhirnya membuat aku kelihangan arah tujuan
Tak kusangka kau yang ku percaya berani berbuat gila
Disaat semua sudah terlaksana tinggal menungu sempurna
Kau yang kusungguh-sungguhkan
Nyatanya menduakan
Apa arti sebuah lamaran yang membuat mu senang?
Apa arti lingkar cincin yang terpasang jika impian dan harapan kau hancurakan?
Jika nasi sudah jadi bubur;maka harapan akan terkubur
Andai aku seorang pahlawan mati di medan perang aku gugur dan hancur
Dikota ku hujan tak reda diiringi dengan air mata yang mendera
Sebuah bencana pada jiwa meluluhlantahkan seluruhnya
Yang tersisa hanyalah kenangan yang membuat isi kepala jadi gila
Aku merota-ronta tersiksa sakit karna sayatan luka
Saat semua mengira aku baik-baik saja
Saat semua orang mulai bertanya tentang berita
Saat aku harus diam seribu kata dan aku tak mampu bersuara
Sebab luka menutup setipa cela rongga-rongga kecewa
Jika hujan pada mata mulai reda
Jika esok senja kembali menjelma
Kembalinya bulan pada malam
Dan tenangnya suara alam
Ada pertanda dari semesta bahwa aku telah melupakan perasaan yang ada
Menutup setiap kecewa dan derita
Menata jiwa yang sudah hancur tak berupa
Sembuh dari luka yang tak terkira perihnya
Dan kembali pada bahagia yang kupunya
Tetap tinggallah kau pada masa lalu
Diamlah disana jangan sampai kau keluar dan membuat mu malu
Pergilah dan jangan datang dengan kata merayu"AKU MASIH SAYANG PADAMU"
Selasa.
Hujan masih tak reda
Bogor.
04.02.2020
Peka terhadap suasana
karya:
PenaHitam
Sebuah dunia teletak pada maya
Suara menggema ditiap telinga
Luka dan derita seperti sebuah sandiwara
Berpura-pura bahagia
Menyembunyikan kecewa dibalik tirai maya
Apa yang membuat mereka sedemikian rupa?
Yang membuat sedikit gila dan lepas dari warasnya
Percaya akan kata-kata yang tidak ada buktinya
Dan menjadi hal terindah dalam hidupnya
Berkelana ditiap tempat
Melabuhkan kalimat yang memikat
Menyalah artikan sebuah sapaan
Menjadikan sebuah kebiasaan
Perasan yang tercipta hanyalah hayalan semata
Terucap namun tak berupa
Menjadi cerita yang tersisa
Dalam ramainya dunia maya
Tidak kah mereka ketahui tentang dunia ini
Adakah mereka mengerti apa yang sedang terjadi
Apakah mereka pahami isi didalam ruangan pada dunia ini
Sadarkah dengan dunia yang membuatakan hati
Sendu sedan kata terucap lirih diiringi dengan rintih
Gelapnya pandangan seakan mendung yang tidak turun hujan
Menjadi sebuah kenangan yang memilukan dan mengharukan
Sulit untuk dilupakan lenyap dimakan jaman
Tidak ada yang bisa dilakukan jika hanya berdiam
Tidak ada yang bisa berubah jikalau tidak melangkah
Hanya perlu peka terhadap tempat dan suasana
Menjadikan pelajaran bagi kehidupan di dunia nyata bukan malah ikut larut didalamnya
Keluarlah dari hal yang membuat mu menjadi tidak berarti
Sadarlah dari hal yang tidak membuat mu mengerti
Buka pandangan serta pendengaran
Agar kau merasakan semua yang kau dapatkan adalah ketidak pastian dan hanya sekedar rayuan
Hari akan berganti
Sadar akan kau temui
Tenang akan kau dapati
Mati akan mengakhiri
Perenungan diri saat matahari terbenam kembali
Atau pada malam yang sunyi
Mengkaji hal sudah terjadi
Untuk hidup lebih baik lagi
Jum'at
Mendung yang tak berhenti
Bogor, 24 january 2020
Suara pendusta
karya:
PenaHitam
Suara yang bernada dan berirama
Merdu terdengarnya
Ada diatara kita bersama
Tak nampak wujud terngiang ditelinga
Sendu-sendu sera pilu
Cerita-cerita menyentuh kalbu
Dia adalah benalu pada perasaan mu
Hati-hati tipu-tipu,tipu daya yang menggebu
Pemeran utama dalam hidupnya
Berderama,bersandiwara seolah-olah sama dengan fakta
Manis madu ucapan-ucapannya
Dinikmati dan dipercaya
Meninggalkan orang lama
Seolah mati sudah tak berguna
Berkeliaran dimana-mana
Seperti ruh yang kelihangan tubuhnya
Lain nama
Lain telinga
Lain cerita
Lain suara
Serigala berbulu domba
Aungan mengema
Mulut menganga
Tak punya muka
Jangan ditunjuk
Itu dia
Jangan disebut dia ada
Diam-diam saja
Suttt
Bogor.
Selepas hujan
Selasa, 15 oktober2019
R.A KARTINI
karya:
PenaHitam
Ada konde di zaman dahulu ,dia tidak lg bersinar ,namun harumnya tak akan pernah sirna
Ada seuntai kebaya lusuh ,dengan rajutan sederhana
Dia tidak glamor dalam tampilannya ,akan tetapi sinarnya tak kan pernah reda
Buliran keringat pejuang wanita ketika itu
Telah melebarkan senyuman wanita,pada jaman setelahnya
Segumpal suara lembut yang ia miliki
Mampu mengangkat semngat wanita
Kau luruskan segala yang kusut
Walau hanya sekedar rambut
Mencari ujung dalam rajut
Dan menjaga untuk tidak merengut
Sederhana penuh makna
Sebuah nama begitu sempurna
Bersinar melebihi cahaya
Mengalahkan gelapnya dunia
Jejak tertinggal pada tanah nusantara
Harum mewangi sampai ujung dunia
Terkenang sebuah tulisan habis gelap terbitlah terang
Kini dirimu berada di bawah batu nisan
Tak sempat aku menjabat tanganmu
Tak sempat aku mendengar suaramu
Namun jasamu terbingkai
Pada deretan potret pahlwan negri
Yang hanya debu yang setia mendekap
Lukisan aksara kita
Bogor.dini hari
01.56
27 agustus 2019
Koruptor
karya:
PenaHitam
Dihipnotis kata manis
Lisan yang sadis
Rupa yang miris
Bertopeng pancasilais
Perduli dibalut benci
Pura-pura tuli tapi menghakimi
Yang salah dilindungi
Yang benar dilucuti
Berceloteh seperti burung yang lapar
Lempar melempar
Tampar menampar
Bersembunyi dibilik kamar
Sesuatu ditangan
Pesan tak disampankan
Tak diperdulikan
Sebab dimakan
Buat kerusuhan
Menutupi kesalahan
Berada paling depan
Pahlawan kesiangan
Mencari rekan
Berbagi beban
Jadi hewan buruan
Tertangkap tangan
Bukan puluhan
Tidak pada jutaan
Melewati ratusan
Sampai dimiliaran
Tawar menawar
Diluar pagar
Mulai samar
Ular melingkar
Pengadilan memutuskan
Hukuman dijatuhkan
Jeruji disiapkan
Dengan pasilitas memuaskan
Menjelma manusia
Tak perlu di sebut nama
Noda pada dunia
Benalu pada negara
Bogor.
Sabtu 1.43
Celoteh ku
21 september2019
Asmara, Luka dan dunia sandiwara
karya:
PenaHitam
(L)
Lirih suara terdengar dari sebuah dunia
Tentang luka dan aksara
Tentang tangis dan derita
Tentang asmara pada dunia yang tidak nyata
Perih nyelimuti mata
Sebab buta oleh kata-kata
Telinga menuli karena nada-nada yang berisi kaliamat-kalimat penuh dusta
Ia jengah
Ia lelah
Dunia itu tak mampu mengubahnya
Kapan kiranya kau bangun dari tidur mu?
(P)
Diam...
(L)
Kapan kiranya kau
sadar dari dunia halusinasi mu?
(P)
Diam...
(L)
Mengapa kau abai pada dunia nyata mu?
(P)
Diam...
(L)
Dan mengapa kau percaya pada kata-kata serta kalimat-kalimat mesra yang membuat mu tenggelam dalam gelombang asmara pada dunia yang tidak nyata ?
(P)
Hentikan....
Telah banyak berjuta kata merasuk telingaku
Tidak ada satupun yang nyata
Aku yang bodoh terlalu percaya kepada pecundang didunia yang tidak nyata
Aku dibutakan oleh dunia yang penuh sandiwara
Ragam percaya hanya mulut saja
Ragam drama hanya membuat ku tenggelam dalam gelapnya jalan kehidupan
Membawa arus perjalanan yang menyakitkan
Aku Jatuh dari ketinggian
Aku hancur karna sebuah harapan
Aku adalah kekecewan dari segala ketidak pastian
Tidak ada yang mengulurkan tangan
Tidak ada keperdulian
Mereka yang datang hanya sebagai ujian
Basa basi yang basi
Simpati-simpati untuk menyakiti
Aku sendiran ,aku kesepian
Aku hancur dan berantakan
Mataku lelah mengeluarkan air yang tak ada habisnya
Luka itu tak berdarah
Namun perih yang kurasa
Tidak ada peluk dari sosok ibu yang ku rindu
Tidak ada usapan dari ayah yang menenangkan
Itulah sebabnya aku bertahan pada dunia hayalan
Meski kenyataan rasa pahit yang kudapatkan
(L)
Tidak adakah henti.?
(P)
Aku tidak mengerti
(L)
Tidak inginkah kau kembali.?
(P)
Tak ada lagi rumah untuk ku singgahi
(L)
Lupa diri
(P)
Hilang arti
(L)
Silahkan melangkah
(P)
Aku tidak tau arah
(L)
Dunia nyata mu menanti
(P)
Aku tidak tau caranya kembali
(L)
Berdiri dan maju untuk bahagia mu
(P)
Aku tidak tau kemana harus menuju
(L)
Berdoa pada yang kuasa,pinta pada-Nya jalan kembali menuju rumah
(P)
Cahaya ilahi penerang hidup kudapati
(L)
Obati luka dihati
(P)
Aku berdiri,memperbaiki diri ini
(L)
Tataplah mentari pagi
(P)
Hari berganti
(L)
Bahagia menanti
(P)
Aku tersenyum kembali.
(L)
Terpenjara pada dunia sandiwara
Warna gelap itu hanya sementara
Cahaya terang datang kepadanya
Bangunlah segera
Dari hal yang membuat mu buta
Serta lupa pada dunia nyata.
Kini biarkan semua itu terkubur
Dalam dunia yang membuat mu hancur
Biarkan itu jadi hal yang membuat mu belajar untuk berpikir
Bahwa dunia nyata adalah hal utama bukan dunia sandiwara.
Hujan dikota bogor
Minggu, 19 january2020
Diakhir waktu
karya:
PenaHitam
"p"
Terlihat murung awan yang berarakan
Terdengar sendu burung-burung berkicauan
Tajam tatapan begitu lurus
Matanya pokus pada tepian arus
Aku mulai mendekatinya
Ku ucap sapa pada telinganya
Hay tuan mengapa sendiri
Dengan suasana sesunyi ini
"L"
Biarkan aku sendiri dalam ruang sepi
Aku senang dengan sunyi
Untuk apa disini?
Bersimpati?,pura-pura perduli?
Mengambil hati?atau hanya sekedar basa basi?
"P"
Bersedih!
Merenungi!
Prihal hati!
Apa yang kau cari?
"L"
Aku sedang tidak bersedih
Tidak pula merana hati
Hanya mencari arti pada diri
Tentang jalan dan hidup ini
Yang tak tau kapan akan berhenti
"P"
Masa lalu yang menyelimuti?
Atau hati yang tersakit lagi?
"L"
Bukan aku mengingat masalalu
Karna aku tidak terbelenggu dengan itu
Rasa sakit hati ku sudah berlalu tak perlu kau tayakan itu
"P"
Kau seperti sudah tak punya jalan pikiran
Putus ditengah jalan buntu arah tujuan
Mengikuti lalu lalang
Berada pada banyak teriakan namun kau tetap saja tidak memperdulikan
Kau benar-benar tak waras
"L"
Aku gila? Hahaha
Mungkin saja tapi bukan karna cinta
Akau tidak waras?
Tak apa pikiran ku luas di bandingkan menjadi waras
Sudah jelas?
Apa belum puas?
Masih ada yang mau dibahas?
Mengapa menatap ku sangat dalam?
Kok diam?
Kehabisan kata-kata?
Sudah tak sanggup bersuara?
Ditanya malah memalingkan muka
Sudah;pergi....
Ta kan ada habisnya jika disini
Siapa aku dan siapa diriku tak kan ada yang tau
Bagaimana aku dan bagaimana diriku
Aku yah aku bukan aku
"P"
Baik aku akan pergi dan membiarkan mu disini dengan sendiri mu dengan sunyi mu
Suatu saat kau akan mengingat
Bahwa aku pernah ada disampingmu
untuk menyelamatkan mu
Dari belenggu dalam hidup mu
Bogor.
Minggu.00.00
27oktober2019
Nadi terakhir
Tak ada lagi tanya saat semua telah berantakan
Tak ada lagi harapan yang membuat hidup berjalan
Tak ada lagi impian sebab telah terbangun dalam tidur panjang
Tak ada lagi penantian sebab rasa menunggu telah hilang
Mengisah juang dalam dunia yang semakin gersang
Luka dan derita kian memanjang
Kekecewaan terpampang didinding kehilangan
Hanya waras dalam meminta pulang
Pupus dalam permintaan
Lenyap dalam pelukan
Hening dalam kebisuan
Titik henti pada ketiadaan
Jari dengan liarnya menari
Mencari celah disudut gelapnya hati
Tanda tanya pada diri
Mati dalam harap dan ingin yang tak menjadi
Hanya tinggal kenang yang terpatri
Dalam peraduan rasa sebelum senja sirna dengan mega nya
Aku memanggil nama yang telah tiada
Sampai puncak gelap gulita meredalah segala suara
Hanya tinggal tetes air mata tertinggal pada singgasana
Hanya tinggal selembar kertas yang ku punya
Dengan setetes tintan dalam pena
Kurasa tak akan cukup mengaja segala kata
Sebab semua tak akan lagi berupa
Hilang makna pada cinta dan musnahnya segala rasa
Jika sudah tidak ada arti pada makna maka akan kucari
Jika sudah tidak ada kata kembali maka akan kutemui
Tak apa jika harus ter-engah ,di sudut nadi yang sudah lemah
Berjuang tanpa lelah meski berujung diatas tanah
Jangan kata kan awan hitam hanya turun hujan
Jika usaha sinar terang tak mempu mengalahkan
Jangan sebut bintang hilang di gelap malam jika hanya bayang yang kau tinggalkan
Satu titik kehancuran adalah jalan menuju sebuah kebahgian
Bogor.01.30 15 mei 2020
2 bait trakhir
Karya:PenaHitam
Ada rasa yang tiba-tiba menjelma pada rongga dada
Tentang nama yang sudah lama memenuhi isi kepala
Hadir yang selalu ku rasa memberi warna
Seakan menuntun ku pada bahagia
Sedikit cerita dari banyak nya kisah
Bahkan tak terhitung dalam jumlah
Dari waktu yang telah berlalu
Hingga hari-hari yang sudah menjadi debu
Selalu ku pahami dan ku buat mengerti
Namun seakan semua itu tak ada arti dan hilang rasa perduli
Pejalanan ini bukan sebentar ,penuh rasa sabar
Dengan hati yang begitu tegar
Entah apa yang terjadi, begitu cepat perubahan diri
Kau seperti seseorang yang tak ku kenali
Apa mungkin aku yang masih kurang mendalami?
Apa mungkin kau membuat jalan untuk mengakhiri?
Lingkup tanda tanya pada kepala
Membuat hilang akan sadar yang tak nyata
Berbanding dengan cerita
Berdinding dengan derita
Kemana aku harus mencari jawabnya ?
Bisa kah ku temui di dalam gelap kabut hitam ?
Atau dalam peraduan senja dalam mega-mega yang bercahaya?
Beri aku sediki jalan agar aku dapat benar-benar merasakan bahwa kenyataan ada dalam diam
Isi kepala ku hampir pecah
Denyut nadi melemah
Ada luka yang tak berdarah
Di titik ini harus kah aku menyerah?,setelah berjuang dengan susah payah
Setelah kurasa cukup dengan hati yang sudah meletup
Maka kini akan ku tutup dengan sayup
Meski gugup aku sanggup
Selasa.
Di sela pena dan kertas berdansa
Bogor.21.16/19 mei 2020
Postingan populer dari blog ini
PENGERTIAN PUISI MENURUT KBBI
Pranala ( link ): https://kbbi.web.id/puisi puis 1i/pu·i·si/ n 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak; -- bebas puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik; -- berpola puisi yang mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain; -- dramatik Sas puisi yang memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang; -- lama puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal; -- mbeling sajak ringan yang tujuannya membebaskan rasa te...
Komentar
Posting Komentar