CORETAN BIYAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
E ngkau berkata :
MERDEKA.. MERDEKA.. MERDEKA..
Aneh nya kau sama lontarkan kata-kata menghujat garuda.
R ela pun kadang tak ingin aku berikan pada penguasa yang selalu menyembunyikan dolar dimana mana.
Cuiiiih..
Bajingan dalam tempurung rumah sendiri.
D ilema memang negeriku ini.
Banyak cendikiawan namun teriakanya _rahwana_ yang menghancurkan.
E ngkau ajarkan apa pada negeri ini?
Jika sarapan cacimaki santapan sehari - hari.
K arna ingin dipuji?
Atau., memang ingin bersama sama menikmati namun belum telaksanai.
A ah sudahlah...
aku sedang mencari aksara dalam kata " mer - de - ka " saja.
Huruf huruf bukan tanda bisa terbaca menjadi kata.
Namun inilah akhir dari sebuah tinta pena
MERDEKA
seraya tanganku sedikit gemetar karna film baru terbuka dilayar.
Dan aku hanya penonton yang sedang asik menikmati saja.
Seraya dalam kalbu berdoa :
"Merdeka kan kami Tuhan"
"Tentramkan Negeri pertiwi yang kami cintai ini"
08:10 wib
17082019
Biyan
revisi
06:18 wib
18082019
B 14 N
Hanya sehelai kain.
Hanya sebuah warna
MERAH PUTIH
iya, Merah Putih yang bisa Mempersatukan
Kulit dan Ego
Sipit dan si Belo
Si kaya dan si miskin
Sabang sampai Merouke
Elu dan Kowe
Beta dan abdi
Sampean dan simkuring
Semua itu
Karna satu
"PEMBERIAN DAN RAHMAT"
Tuhan ku,
Tuhan mu,
Tuhan kalian
Untuk sebuah negeri
Bangsa INDONESIA
Kaoem INDONESIA
Rakyat INDONESIA
SIAPA KITA
IN-DO-NE-SIA
Bukan Warna yang aku bangga
Tapi hikmah merah didalamnya
Bukan putih yg kami puja.
Tapi, ada suci didalam pejuang anak-anak bangsa
Bendera adalah Bendera
namun Belajar lah didalam runcing nya bambu bambu para syuhada
BENDERA
BE la lah
N egara
DE ngan
RA sa
Bendera hanya lah bendera
Namun rasa ini selalu ada
Biarpun aku tak pernah berjuang bersama sama.
Ku lihat Uban Ibu Pertiwi begitu indah.
Ku Lihat mata bapak dan
letihnya kulit kulit yg sudah hampir menyatu dengan raga
Bendera...
Ku cium kau dengan rasa
Bendera..
Ku Hormat pun dengan rasa.
( hiduplah indonesia raya)
Hormat grak !!!
Hai, Bendera
Karisma mu sungguh luar biasa.
Terima kasih Yaa Tuhan.
Engkau memberi warna dua buat INDONESIA.
Jaya dan Raya kan nusantara kami
Dengan Rahman Rahim-MU
Buat kalian Syuhada
Aku titip alfatihah
Karna ini yang baru kami bisa
MERAH PUTIH
malam agustus 2017
revisi agustus 2018
Dalam diam aku berkata
Dalam kata aku membisu
Dalam gelap, aku merangkak terang-MU. Memanggil-manggil para kekasih.
Dalam malam aku memaksa.
Dalam memaksa, aku raih rasa kantuk tak peduli.
Dalam duduk, aku melacur
Tak ada aku, hanya ada "DIA"
"DIA" ku panggil-panggil, biar a-k-u hilang. Menelanjangkan diri melacur dengan suara lirih :
"malam ini aku ingin bercumbu, sudah kutelanjangi semua tentang aku yang tak ada aku"
Tuhan malam ini ijinkan aku melacur pada-MU dalam pasrah.
Lirih-lirih kepenatan duka lara.
Gerak 'ku hanya simbol hamba yang tak ada daya
Suara lirihku merintih upaya tanpa airmata.
Aku telanjangi semua nafsu diri, keinginan telah tersampaikan.
Aku teriak dalam bisu, lirih nada-nada tentang nyanyian dunia fana.
Aku paksa semua keluh yang terlilit jenuh, airmata jatuh.
Tercumbu dibantal syahadat-MU dan guling-guling pilu. Aku nan rapuh.
Tuhan...
Aku mencumbu-MU dan melacur disetiap lelah malamku. Ijinkanlah!
Ijinkanlah!
Melacur setiap detikku. Raga dan jiwaku pada-MU.
Rabu, 15 Jan 2020
Biyan
Kau adalah narasi yang tidak aku ceritakan satu huruf pun.
Paragraf yang aku buat, deretan beberapa alinea yang aku sembunyikan dengan beberapa majaz yang tidak bisa terjamah maknanya oleh siapapun.
Sederetan alinea penghantar dari sekian ins pirasi bendungan kalimat yang aku simpan, lalu mengalir deras mengispirasikan anganku tentang dirimu kepada semesta keindahan.
Kau adalah anak kata yang tidak ada dikamus yang aku hadirkan.
Setiap sub-sub dari subbab dalam awal sampai penutupan.
Dalam subdoa aku specialkan
Dalam kenang yang aku keningkan tanpa kerutan sedikitpun.
Laksana keningar dalam hening dan bising, kecapan lidahku selalu merasakan manis dalam kenangan.
Hingga kenang ini mencipta keheneningan.
Kau kenangan yang tidak aku hilangkan.
Dalam heningku kau kenangan yang mengasidahkan selalu keindahan.
Netra Indahmu
14022020
biyan
Akulah debu...
Yang terinjak-injak jejak
Langkah-langkah berat pijakan
Debu yang bertaburan terkipas angin
Melayang terjatuh simana suka.
Akulah debu...
Paling gembira diinjak kaki kekasihnya
Menempel disekujur tubuh, menutupi pori-pori, pekat hitam berdaki.
Akulah debu..
Mulia ditangan-tangan pencari kesucian dalam kotoran.
Tercari disaat bersuci.
Jika ada mahar untuk kekasih
Carikanlah debu surga dibumi
Maka akan ku cari, terus ku cari
Dan ku temukan itu ada dibawah Disandalmu, Ibu!
Debu Surga
21022020
Biyan
Kamu mau eja apa?
Aku hanya nulis huruf-huruf diotakku saja!
Kalian bingung, dikepala judulnya apa?
Kamu duga hendak dibaca apa?
Be All Seratus Porsen, Mam-Bu!
Be all seratus persen Mamboo!
Judul kata-kata tidak aku baca!
Tiup-tiup dilubang sempit
Keluar bahagia ditahan sakit
Tangan dua dihimpit.
Perutku ditusuk jerit.
Bilik-bilik sembunyi paling nyaman.
Tutup hidung-mulut gerutu geram!
Perut kencang mata belalak
Keluar jangan diingat!
Be All Seratus persen Mam Bu!
Ler It Be
Dia keluar air disiram.
Kau ucap good bye tidak kembali
Tidak ada kata see you again
Ia pergi disiram benda cair.
Kita tidak ucap dihati: ".. matters Nothing"
Hahaha mau baca judulnya!
Aku Hahah hihihi saja.
Hihihi hahaha Aku!
Coretan Perut Mules
24/02/2020
Biyan
Kepalaku nisan tanpa nama
Otakku nyawa
Olah pikirnya adalah jiwa
Tak nampak namun bisa bersuara.
Tubuhku tanah
Anatomi sel-sel CiptaNya
Indra sempurna pada pembentukannya.
Kenikmatan cukup pada ibu jari-kelingkingnya.
Dagu leher jarak penikmat setelahnya sama.
Lubang pusat ke daging kelamin cuma nikmat hanya sejengkal begitu saja.
Kepala-Tubuh-Nikmat
Sudah ku sebut atas-bawah
Ada segumpal daging tak nyata adanya adalah ada
Dan kita menggunakan dilapisan mana;
Sepotong Qolbun
Sepotong Fuad
Sepotong Bashirah
Atas
Tengah
Bawah
Semua satu buah, satu warna satu bentuk lain nama.
Tadabbaru Yaa Uli Al Bab
Segitu saja Atonomi Manusia
Rusak ia, Rusak semua
Baik ia maka Baiklah semua
Perhatikan saja!
Kenikmatan sebatas sejengkal saja
28/02/2020
Biyan
Dirahim sang bunda
Bertapa hitungan rotasi rembulan dan surya.
Terjaga di goa sempit.
Terberkati di pusaran rahim kecil Sang Maha Rahim.
Mengalir asupan makanan-minuman dan doa-doa kesehatan.
Sampai mantra suci dielus-eluskan.
Diperut sang bunda kau merontah-rontah.
Akhirnya sikecil petapa melihat dunia.
Diiringi kumadang adzan suara sang ayah ditelinga kanannya.
Dengan lirih iqomah meneteskan buliran airmata bahagia.
O..,
Petapa kecil yang mulai bisa menangis saja.
Teriakanmu menggemparkan sekeliling yang ada seraya mereka mengucapkan : "Alhamdulillah" dengan atas semua karunia-Nya.
Kini waktu terus bergulir
Balita imut menjadi anak kecil nan bahagia.
Berumur bisa bersuara sampai kau dewasa.
Hari ini adalah fenomena kebahagiaan nan menyata.
Hari raya sebuah kelahiran sipetapa kala itu.
Peringatan kejadian adalah oase agar kita sadar dalam kedewasaan.
Maka ku ucapkan :
"Selamat sehat afiat didunia.
Akhirat selamat sentosa dan doa ini kelak terjaga".
Teruntuk kamu :
"Selamat hari bahagia.
Sukses selalu menyertai dalam keberkahan dari-Nya".
Amin...
Amin...
Amin...
Dan bait terakhir kusematkan biar tambah berkah adanya
Teruntuk doa hari lahirmu kusematkan dalam sajakku mantra para pecinta ; Alfaatihah
30/11/2019
Biyan
Terinspirasi dari Sajak Hari Berkah Dirimu
KAMUS DIRI
Kata dieja kata : Kalimat
Kalimat dibaca jadilah Laku
Huruf A maka A
Dibaca B salah
BCDE kau baca maka lebih salah.
Kamusku aku
Kamusku laku dari kata yang tercoret
Coretan jelas jika jelas
Dimajas aku pakai biar lugas
Didiksi sederhana dibaca nyata
Kamus diri kadang bisa tertera
Namun terkadang jauh dari maunya
Kira-kira hanya sekedar kata
Biar dikira hal demikian padahal jauh dari sekian.
Kamus : Diri
Ditangan, ditelinga, ditelapaknya ada Tuhan
Degup jantung isyarah
Jika mata pejam bukan yang lain diam. Nafas itu bukti aku ada
l3/20
Biyan
Topeng dibuka;
Wajah-wajah sama.
Rupa-rupa tidak jauh beda.
Wajah topeng laga rupa raga.
Rupa topeng rupa-rupa, pura-pura laga wajah jiwa.
Kedok dipakai;
Pada rupa wajah.
Se-wajah se-rupa.
Ribuan kedok dipakai wajah
Wajah-wajah diribuan kedok
S - i - a - p - a K - i - t - a ?
Topeng -Kedok sudah jadi hal biasa.
Dijalan berdendang.
Kedok-Topeng irama sehari-hari.
Musik berkemundang.
Lagu jadi lugu, didalam siapa tahu?
Diatas trotoar lalulintas topeng berlaju.
Di garis zebra cross Kedok-Topeng Hitam-Putih.
Dipinggir Taman Kota kedok tertawa, warna-warni beda-beda.
Disudut sana!.
Jenis-jenis beda warna-warninya (5/2/20)
Dipanggung ada topeng
Digedung ada kedok
Dijalan topeng-kedok berpadu sesak
Dimasjid topeng-kedok ada.
Digereja kedok bertopeng
Dipura-wihara hal serupa hampir tanpa beda.
D i m a n a R u m a h I b a d a h ?
Topeng-Kedok seharusnya haqiqi capai haqiqat. Bukan simbol nama Agama belaka.
Digedung Tuhan perjumpaan sihamba Topeng-Kedok harus menyingkir dan disingkirkan sampai -tidak ada-. Barangkali harus begitu.
Topeng pura-pura
Kedok rupa-rupa
Kedok pagi. Topeng siang
Kedok-kedok (ber) topeng malam.
Malam bertopeng kedok tertidur.
Topeng-Kedok terbangun.
Dimana wajah k-i-t-a (ber) ada.
Tanda tanya apa tanda seru untuk wajah k-i-t-a.
Topeng dibuka.Kedok dipakai. Topeng dibuka. Kedok dipakai.
Pakai topeng kedok buka, pakai topeng kedok buka.
Pakai kedok buka topeng, topeng-kedok dibuka-buka
WAJAH KITA :
Pakai topeng yang mana(?)
Warna kedok, yang mana kita suka(?)
W A J A H K I T A M A N A
K I T A L U P A W A J A H K I T A
06/03/20
Biyan
Pada malam racun ini berjalan
Menjalar diurat-urat lembut nadi.
Pada sepi racun semakin membuncah.
Aku masih terjaga.
Menikmati setiap inci perjalanannya.
Racun rindu yang seakan kelabu, dilangit-langit dada yang semakin sesak meronta syahdu.
Kau menikam jarum suntik paling tajam dari belati, lalu menekan perlahan-lahan setiap miligram tetesannya. Membasahi ruang paru-paruku. Aku sedang menikmatinya.
Diantara dua pintu
Racun bersembunyi dilorong gang sempit.
Dipintu cinta ia tak sanggup.
Dipintu manusia gila ia ditertawakan
Hingga di gang sempit antara keduanya ia bersembunyi.
Racun ini begitu aduhai
Dilorong gelap dua pintu
Tangis ; Tertawa sama
Duka ; Suka tidak ada beda.
O.., Amboi sedap sekali.
Racun Ini Aduhai.
A k u S a k a u !
Biarkan Racun ini bersemayam
Pada waktunya ia hilang bersama pelopak mata yang tertutup keabadian.
Lalu , tersenyum tenang.
March , 8 - 2020
Biyan
Oleh-oleh dari gunung
Jalan1
Langkah demi langkah
Maju kedepan
Dipos-pos Tuhan, aku sandarkan segala beban.
Maju terus melaju
Bawah semakin berlalu
Dipos Tuhan, air-air mengalir
Leher terobati dari kering langkah-langkah.
Dari bawah menuju kesana
Kesana disebut atasnya.
Langkah maju terus melaju
Menahan beban lelah sedikit terobati.
Dari bawah aku keatas
Mengikuti sinar mentari yang agak memadu malu pada awan kelabu.
Sapa-sapa orang sekitar
Mengajak aku tandang sebentar
Aku datang.
11/3/20
Biyan
Jalan-jalan sebagai tanda
Dari bawah dikasih warna
Bertemu saling sapa, itu mereka
Disapa ditengah hutan
Seraya berjumpa kekasih
Riang tak kepayang, padahal aku sekedar tamu.
Dua sosok ditengah hutan
Sahaja dan dermawan
Penampilan sederhana serba kekurangan, hati mereka dermaga lautan bagi para pejalan.
Satu teguk seribu dahaga
Satu suap lautan terisi
Ombak-ombak jiwa terobati
Ditenang sudah jalan ini
Dari bawah hendak bersua
Bertamu hening tanpa geming
Gemericik hujan menyambut daun. Dikepala menyapu lelah wajah-wajah, sukarialah alam semesta.
Magrib 11/3/20
Biyan
Tapi aku kira aku sedang mengatur riuh-riuh dalam ruh qolbuku
Aku bukan sedang resah
Aku kira , aku sedang menggapai asa
Aku bukan sedang tidak ingin tahu apa-apa.
Hanya saja aku ingin apa-apa kucoba brandakan sejenak dalam ruang penat. Lalu ku ikat erat-erat biar tak terjerat.
Aku bukan ingin cuek-cuek saja
Barangkali diamku lebih apatis dari sekedar ngoceh berempati sekarang.
Pada hening aku datangi
Pada sepi aku tandangi
Pada angin dingin aku bertahan pada semilir kencangnya.
Pada atas puncak aku datangkan teriakan kebebasan bahwa aku hanya Manusia Biasa ingin menjadi hal yang biasa saja. Tanpa menyakiti pada sesama.
Diatas gelap-gulita malam dalam diam silaku
Tamu-tamu lain menghampiri
Merka bertanya aku menjawab
Ketika aku tanya hanya golengan kepala yang ada.
Aku coba tersenyum, mereka mulai tertawa.
Aku coba dansakan tawa mereka mulai menikmati suasana
Gitar terpetik irama dendangkan gembira. Sekiranya ada yang aku tanamkan pada mereka.
Bahwa kita manusia
Jalankan apa kehendak _Sang Kuasa_
Fajar datang riuh sejenak diam.
Dari atas sini aku teriakan gema-gema shubuh.
Aku pulang terima kasih.
Pagi hari
13/3/20
Biyan
Aku dendangkan sholawat dan salam bersama untuk-Mu serta keluarga-Mu
Entah...
Kopi...
Tembakau ku bersama asap ku isap dalam alunan kepulan-kepulan khayalanku.
Tetap tak kutemukan.
Satu kata nama-Mu.
Pena
Secarik kertas dihadapanku masih tak tercoret nama-Mu.. Baginda
Aku tak berdaya biarpun upaya ku dalam mengukir nama-Mu kekuatan yang nyata.
Aku mulai bismillah.
Berharap pada Sang Pencipta seraya berdoa :
Bismillahi Laa Haula wa Laa Quwwata illlaa billah
Pun masih sama.
Tak sanggup terukir nama-Mu BAGINDA.
Sebait ku dendangkan syair-syair Selimut Hitam dalam Burdah Syech Muhammad Al Bushiri
"Yaa Akromalkholqi Maa Liiy Man Aludzu Bihi" # "Siwaaka 'Indal Huluuli alhaaditsi al'amimi".
( Wahai makhluk yang paling mulia, tiada seorang pun yang dapat aku bersandar padanya selain dirimu di saat turunnya bencana yang menimpa seluruh makhluk).
"Fainna Min Juudikad Dunyaa Wa DlorotaHa # Wa Min 'Uluumika 'Ilmal Lawhi Wal Qolami".
(Karena sesungguhnya di antara kemurahanmu adalah dunia dan madunya (akhirat), dan di antara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan Pena).
Lalu, pena dunia ku telah dalam Genggaman Robbku.
Aku pasrah dalam segala dlo'if dan ghaibku.
Baginda,
Maafkan aku...
Kata-kata ku tak seindah seratus enam puluh bait-bait Imam Bushairy
Rapal rapal ku tak sedalam sehafal pemahaman Imam Mansyur Al Halaji
Dan pena elektrik ini akan ku akhiri, bersama Malaikat-Malaikat pembawa rintik hujan, disore ini.
Baginda...
Maafkan aku...
Tak bisa mengukir indah nama-Mu
"Wahai Dzat Yang Maha Rahman berikan kasih sayang umat Muhammad dengan Kasih Sayang yang menyeluruh".
Akuilah aku jadi umat-Mu
Wahai Bagindaku...
16:46
30042019
BIYAN
Revisi kata
31-10-2019
Kenang yang belum hening
Hening yang belum beranjak
Mauku, hening segera hilang
Hilang dari kening yang sudah petang.
Aku pernah masuk kedunia mimpi
Didalam sana aku berdoa
Jika kenang ini adalah nikmatMU aku pinta ; biarkan saja.
Jika ia menyiksa semoga diantara kita akan segera menghilangkannya.
Tidak aku!, mungkin kamu?, atau kita.
Bisa saja tidak selamanya.
Itu doa dalam mimpi-mimpi ku yang hadir.
DIsatu sisi ada bibir yang tak sanggup aku utarakan sampai doaku terbangun dari mimpinya.
Aku sedang bermimpi
Barangkali
18/3/20
Biyan
Tahun ini hendak kembali tandang
Tiba-tiba didepan seperti menghadang. Tiba-tiba tanpa diundang
aganku belum balig, tiba-tiba ia ingin mengetuk pintu dadaku serentak tiga puluh berturut-turut.
hapalan haus dahaga waktu itu saja aku masih diangan ragu apakah ada nilaiku.
siang malam selalu bisu di ruang malasku.
seakan magrib waktu paling aku tunggu.
o..., bulan ini akan datang kembali dari tahun lalaiku
o.., bulan ampunan tiba di ujung tenggorokan yang kadang enggan meminta
Tahun ini ia datang kembali
Tiba-tiba malam tak lagi sepi seperti sehari-hari yang sunyi.
Yaa Ramadlan... Yaa Ramadlan...Yaa Ramadlan... Marhaban
aku malu
kau tamu
datang tiba-tiba ditingkah lakuku, yang menahan puasaku dengan segenap ambigu.
Yaa Ramadlan... Yaa Ramadlan... Yaa Ramadlan... Marhaban
Bisakah aku dewasa ketika kau tiba?
aku harap aku sudah terlepas dari masa akil baligku
yang selalu mengeluh ;
"kapan magrib tiba"
"kapan ia segera sampai"
kapan? dan kapan!
Lalu, tiba-tiba aku bilang
"Alhamdulillah buka"
"Alhamdulillah baru"
segenap alhamdulillahku palsu
Tiba-tiba Ramadlan datang dihadapanku
Marhaban Ramadlanku
Marhaban semoga puasaku tak palsu seperti dulu.
23/4/20
b i a n
menjelang siang ini
senjapun berkibar dilangit jingga
merona!
di antara tembok dan dinding
mentari pancari panas meninggi
berteriak tak bersuara
berkata tanpa berbunyi tangga nada
hanya menempelkan dengan gambar-gambar yang kadang tak dibaca
hanya menempelkan saja, iya begitu!
tak peduli yang lewat
tak peduli langit nanti basahi tembok-tembok usang
atau angin memantau perekat yang sudah mengering lalu hilang di jejak pejalan kaki.
di tiang-tiang besi
di tembok kaum petinggi
di dinding kaum papah
di iklani sana-sini
di tak peduli tanpa hati!
hanya menempel tak terbaca, padahal mata-mata negeri sedang berkaca-kaca.
o..., perekat yang disekat dinding-tembok jaman ambigu
engkau hanya ditelapak pejalan kaki belum sampai di istana kaum petinggi.
23/4/20
b i a n
Raden Ajeng Kartini
Anak Ibu Pertiwi
Di Jaman Indonesia Keloni
Pada masa-masa para lelaki , berjuang demi hak demokrasi tinggi
Harkat martabat wanita-wanita bumi pertiwi
Dijajah ideologi dapur-sumur-kamar mandi.
Kini harkat martabat perjuanganmu terberkati.
Susah merakit kini meroket tinggi
Hingga tercipta gender-gender masa kini. Perjuanganmu ibu, jaman sekarang perempuan menjadi merdeka!
Tapi ada yang lupa
Gender jadi tergadai
Oleh arus pesat modernisasi
Mencuat pesat sekali
Meroket cakrawala paling tertinggi
Mereka hanya bisa tertawa-tiwi
Setelah akademik telah mereka beli
Ibu putri-putrimu
Mengenangmu satu tahun sekali
Tepat dua puluh satu ini
Tidak tahu mengulek dibatu
Kata-kata seakan hanya seperti diclabing gemerlap lampu-lampu
Pulang tanpa kebayamu ibu
Sempoyongan menghamburkan uang dari keringan ayah-ibu
Jauh disana banyak kartini-kartini
Di pegunungan tinggi
Di perempatan sawah-sawah
Di debu jalanan tak beraspal susah sekolah ibu
Mereka merengek
Terbengek-bengek
Harga pendidikan terkekek-kekek
Muntah dengan kehidupan bukan seperti orang-orang kota.
Ibu, kartinimu tanpa kebaya, karna levis lebih wah
Mereka lupa
Negeri ini kau beli susah dengan peluh airmata darah.
Ibu, dalam negeri ini ada bahagia
Ada pula nestapa
Mereka kartini tanpa kebaya.
Semoga pada masanya semua merdeka
-ceretan hujan lebat-
Cianjur, 21/4/20
b i a n
bibirmu halte yang setia, aku berlama-lama duduk disana.
aroma pagi hari yang paling aku nanti adalah nafasmu yang semalam memakan pizza dengan lahapnya.
kala disela waktu aku menunggu, sela yang diantara selangkangan ke dua pahamu
kuketuk pintu fana duniamu dan aku tenggelam disurga itu abadi setelah mati.
bersamaan perihal itu kau memanggil berisik parau menunggu aku datang kembali, membawa tongkat penuntun nikmatmu
lalu k-i-t-a melebur diantara aku--kamu yang fana kelak akan menjadi abadi.
20/4/20
b i a n
Bagaimana dengan k-i-t-a ku
kata-kata mempesona
jiwa-jiwa aduhai perkasa.
aku dan kamu
adaku karnamu
kamu ada duniaku
bahkan surga-surga k-i-t-a tercipta sebabmu
mencinta kalanya harusku
kamupun begitu hayat-mautmu menyebut k-i-t-a
namamu abadi sebelum ada lelaki yang tergoda hawa
namamu abadi
namun k-i-t-a tak bisa nikahi
a--ku eja kata k-i-t-a biar menyatu
"gerak cinta dalam rindu ada nama yang abadi namun tak bisa aku nikahi"
rinduku dalam kalbu laksana kata maman suherman untuk sebuah nama "ada nama yang abadi namun tak bisa di nikahi"
10:25 revisi 10:35
19/8/20
b i a n
SUARA yang paling memukau adalah suara mu, dek!
Hampir-hampir malaikat maut tandang dan mengetuk pintu jiwaku untuk mengambil rindu
Dan untungnya aku masih terjaga BismiKa!
19/4/20
b i a n
Berdejavu lah
kau akan terluka
kau akan sedih sejadi-jadinya
Degup-degup yang menjadikan lidahmu gugup
Malu-malu akhirnya dejavu diruang kesendirian
Rima dan diksi seakan berdansa tak ingin mengerti bahwa hati mu terbabati, luka tak berdarah dan kau marah tak kuasa.
Karena kau jatuh cinta dalam rasa tak pernah di ungkapkan
Bila terucap
Kau semakin salah, terus akan seperti itu melaju dalam Romansa Dejavu
ROMANSA DEJAVU
coretan siang belom makan
15/4/20
sigila
bagiku adalah surga
sebagian adalah neraka
bagiku adalah seni rupa
sebagian rupa-rupanya pura-pura mengintai dibalik telapak tangan dengan biji mata mengintip malu-malu.
bagiku kau lukisan mempesona, Tuhan ciptakan
sebagian mengatakan ini buka-buka yang Tuhan larang
lalu dengan kesepakatan di ruang-ruang remang, bugilmu ;
sebagian adalah keindahan surga yang bisa berkata-kata
tapi bagiku adalah neraka
setiap saat menyiksa degup jantungku saja!
dan aku terbakar di dalamnya.
bugilmu kesepakatan antara keindahan dan kenikmatan
Tuhan tersenyum, ketika menciptakan bugilmu
dan Tuhan mengetahui perihal itu!
14/3/20
b i a n
a--ku sudah tak berharap
bermandi air telaga kautsar
manis bibir, tapi prilaku kasar
sar.. sar.. dasar
hati-hati ke sasar
tulisan hanya ilusi
sebuah diksi-diksi
dalam rima konsumsi
basa basi , tak ada instruksi
hehehe.. hehehe.. hai
sebuah mata menyala
warna saga merah menganga bara
di ruang raung tak berdengung
di dinding linglung, plung plung
seperti seperti suara nyemplung
pong.. pong.. ompong
dasar otak kosong
bilang attitute junjung
di berita jenjang kosong
otak bagong langsung kopong
pong .. pong giginya ompong
makan ini makan itu
dia sendiri bohong
dia sendiri kosong
dia sendiri ompong
8/4/2020
13:30 WIB
b i a n
Mengisi Top-Up gawaiku
Terima kasih
Banyak
Demi waktu dluha ini
Jika Tuhan menguji
Bukan DIA
Membenci
Dluha
Akan memberi
Arti lebih bahwa
DIA sedang tinggikan derajatamu
Demi waktu dluha ini
Doaku pada sesorang
Shabat sejati
Diterima.
Jaza' Kumulloh Ahsal Jaza'
Alloh akan mengasih
Balasan tidak
Terduga
Alfaatihah
Doa dluhaku
Teruntuk shahabat sejati
Malam kita bersua lagi.
3/4/20
Biyan
(white ~Ndy-)
Apa aku gelo
Gelo aku
Apa benar-benar geloku gila!
Orang gila di mall
Berteriak dalam ruang-ruang kesenangan, ketika pulang dihantam kebingungan gelo!
Orang-orang di perempatan
Dalam lampu-lampu pijar kota yang belum padam.
Tawa canda dalam hening , seketika tersenyum sinis pada pagi.
Taman-taman bunganya sudah tidak semerbak.
Tiap sudut remang bunga-bunga bersuara rancuh, maka ketika pulang mereka tiba-tiba menangis tersendu-sendu.
Aku gila
Apa aku gelo
Melihat setiap sudut tiba-tiba tertawa lalu menangis sejadi-jadinya.
Arghh...
Orang Gila mah bebas
Tertawa sendiri lepas
Bernyanyi dengan air mata suka-suka
Arghhh
Gelo mah gila
Gila mah gelo
Gelo-gelo dada lepas
Orang gila mah bebas.
2/4/20 (18:30)
b i a n
Pada kau dalam hati.
Aku pendam sanubari
Sekar mewangi.
Melati.
Lembayung dalam tempurung ragu
Jiwa malam hilang
Terbang melayang
Padam
Pada melati di dada
Aku mulai jaga
Sampai mata
Berduka.
Biarkan
Kusut menjadi kasat mataku
Dalam album lama
Kaset kenang
Keningku
Lagu-lagu terdengar ditelinga
Selaksana melihat senja
Suaranya memanjakan
Mata
Biarkan aku nikmati lagu
Dikaset yang kubersihkan
Dari laci
Kemarin
Kenang album dalam senandung
Abu-abu awan mendung
Aku rindu
Matamu
2/4/20
b i a n
Jika Corana
aku anggap nafsu
Maka obat terindahnya adalah Puasa
Nafsu pernah dipenjara sekian ratus tahun di dasar neraka.
Hingga ia menyerah ketika tidak diberi Rizqi makan.
Ia tak sanggup menahan sampai ia berkata :
"aku hamba-MU, Engkau Rabbku"
Akhir Rajab
March 2020
b i a n
dewatamu sunyi , bali mu hening
Dan yang kutahu ; pawon padam
rumah-rumah gelap gulita.
Aku kira bukan seperti jakarta ya!. Jalannya hampa.
Pertokoan seperti habis dijarah
Rumah Sakit seperti pembagian sembako ramai riuh berjubel kisruh.
Temanku dibentak tanya masker
Saudara Saudariku yang dibali sana
Bahasamu "Nyepi"
Bahasaku "Menyendiri"
Bahasa temanku "Kholwat"
aku ucapkan selamat
semoga baliku bukan zona merah mengagah Saga ; kayu arang dilalap api menjilat
Saudara-Saudariku selamat
Semoga selalu sehat afiat
Segini saja ya, ucapanku dalam selamat.
Baliku Kholwat
Bukan karena si covid remaja belia yang sedang menggeliat
B a l i k u K h o l w a t S e l a m a t
25/3/20
( 08:20 WIB )
BALIKU KHOLWAT
b i a n
Diam-diam ada langkah mengikuti jejakku
Dalam-dalam menulusuri setiap waktu
Sewaktu-waktu aku hentikan langkah
Jarak menawan dalam awasnya.
a--ku ; adalah siapa tanpa tanda seru didepan pintu tanya
J E J A K
25/3/20
b i a n
aku letih..
lelah tertatih-tatih
bagai anak kecil yang berjalan, kedua tangannya terpegang.
tatah .. tatah... tatah
sungguh aku letih.
aku bicara pada malam
pagi cemburu datang
aku kepantai
ombak datang menghadang
kemana aku bertandang?
aku bicara pada senja
magrib dengan santunnya berkata :
"sudah aku jauhin dia"
akhirnya pekat malam menjelma
aku letih
lelahku tertatih-tatih
aku coba datangi semua, mereka tertawa
aku harus apa?
letihku sudah dipuncak gunung himalaya.
aku letih
langkah-langkah sudah tertatih-tatih
tatah.. tatah... tatah
16:34
230220
a b b a c u h
Mayday...
Mayday...
Damai...
Damai..
Mai da, mai ada da ada, mayday dah dah...
Apa kabar
Kabar apa, baik-baik saja
Saja baik-baik
Aku kira sama
Hari buruh , buruh hari
Hari-hari jadi buruh, rubuh-rubuh shubuh roboh buruh berlari
Pagi-pagi berlari buru-buru, buruh mengejar waktu!
Tetap saja buruh
Serabut bulu-bulu serat-serat pada serabut, but but but cabut merdeka gaji tak seberapa mata lelah, tidurlah sudah.
Buruh tertidur
Tertidur rubuh
Buru-buru dapat pesangon, rubuhlah buruh!
Jadi...Buruh mati di negeri sendiri
Tenaga mati kaya sendiri-sendiri
Inilah... Buruh negeri ini!
Buruh-buruh roboh, ditenaganya sendiri
2/5/20
Bian
lihatlah...
Maulana Jalaluddin Ar Rumi membayar dengan tebasan leher dikepala terhadap cinta-Nya
Robi'atul Adawiyyah berlama-lama sendiri hanya untuk Maha Terkasih
Qois merana dalam mencinta pada laila yang sebatas media untuk Maha Cinta
Sayyid Muhammad Alwi Abbas Al Maliki Al Hasani dengan "Surat Merah" dari Raja Fahad bin Abdul 'Aziz demi cintanya pada Baginda Rosulillah Muhammad Sholla Alloh Alaihi Wa Sallam tanpa gentar berkata :
"ALJANNAH MA HI BALASYI"
( Surga tidak gratis )
"Ala Roqobatil Ma Uwaqqi"
(aku tidak akan tanda tangan walau leher taruhannya)
Hanya untuk mempertahankan sebuah CINTAnya kepada Kekasih Tercinta dari MAHA PEMILIK CINTA
a-ku apa?
hanya membaca sebagai rasa syukur dengan hitungan 124.000 kali dengan Al Ikhlas-Nya saja tak kuasa.
Surga tidak gratis, kawan! Biarpun masuk nya tanpa bayar.
a-ku hanya sekedar membaca
dasar a-ku. Sipemalas!
(Terinspirasi dari geografi Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki Al Hasani)
5/5/20
sibyan
KEPALAN TANGAN TANPA MENGEPAL
Rakyat seperti lalat
Rakyat mengerubung, didor oleh asap-asap hilang digondol pujangga berdasi atau para seragam yg hasil dari pajak kita yg bayar lewat antri
Rakyat memilih
dipilih sprti obralan
digedung sana mengobral janji
janji tak bisa terpungkuri tlah dikhianati
Rakyat punya Dewan
Dewannya asik maen-maenan
virus dilancarkan
CFD di megapolitan berserakan
di dor kepalan tangan perjuangan
di dor ketidakadilan
di dor janji busuk* 5 tahunan
PEREMPUAN SEJATI ITU TELAH LAMA MATI
Aku jatuh cinta pada perempuan itu
Bangun digelap suara ayam berkokok panjang
Pulang digelap senja yang telah dijemput oleh suara lolongan-lolongan anjing metropolitan
Di detik ia mati
Di menit ia teriak
Di waktunya ia terpejam
Perjalanan kaumnya adalah keringat yang ditumpahkan tanpa kesetaraan dan kesejahteraan
Aku jatuh cinta pada perempuan itu
Siapa yang sepagi itu melawan gelap?
Siapa yang seseram itu menantang gulitanya malam?
Siapa yang matanya terpejam didetik, menit waktu ketika para kaumnya menderita dengan upah-upah seadanya?
Siapa!
Hai bung siapa?!
O...
Aku jatuh cinta pada perempuan itu
Ia kebaya yang mati disobek ketidak adilan
Ia batik yang cantik, dibadik oleh cukong bayaran yang berseragam
Ia sanggul yang copot ketika kemaluannya ditikam membiru di ilalang.
Ia ditemukan tanpa ruh dengan tubuh yang beku.
O, Buruh sejati
Buruh yang mati
Perempuan sejati itu telah lama mati
Sekarang hidup kembali
Tapi ia bukan buruh masakini
Teriak lantang dimobil lamborgini
( cuuuiih ini untuk kalian)
Aku jatuh cinta pada perempuan itu
Kau perempuan sejati
Ketiadaanmu adalah bibit yang tumbuh mecakar langit
Aku mengangkat kedua tanganku untukmu, Marsinaku
Tenanglah disana
Kaummu tidak seclass buruh sejatimu.
Aku jatuh cinta pada perempuan itu
Bekasi, 8 Okt 2020
biyan
234 ISYARATMU
Demi pada Wau yang kupinta
IsyaratMu pada kretek ku
Dua belas dua kalinya
Dalam dluha yang sejuk seketika
Pada kretek ku yang tak bergeming
Api-api tak mampu membakar sampai menjadi abu
Ada apakah? IsyaratMu belum tersirat
Pada kretek Dji Sam Soe
Bara tak menghembus sampai akhirnya, api-api sering menyala dari tokai yang bensinnya hampir tak ada. Ada apakah?
Kasih tahu isyarat itu
Biar prasangka ku tak ambigu
Pada Engkau yang telah menanam huruf nun didadaku
011120
Biyan
SERUPUT DUA BIBIR
aku penyuka kopi
kau pembuatnya
aku aduk sesuai imaji
kau menyajikanya
kopiku hitam
kau dalam pekat yang aduhai
aku terpikat dalam sugar yang tak terlihat
Kopi kita, secangkir didalam dua bibir.
Siap-siap banyak yang mencibir.
Seruput mu dalam pekat itu, seruput bahagia ku
Ahoi...
Kopi kita satu cangkir dua bibir
hati hati kita melambung dalam satir yang tak terurai tabir
301020
Biyan
Komentar
Posting Komentar